Kamis, 01 Juli 2010

KEAJAIBAN IMAN 6

1. DOA MUSTAJAB DAN MANAKIB ORANG SHALIH
Diceritakanlah bahwa suatu ketika Ya’qub bin al-Laits, penguasa
Khurasan, menderita suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para
dokter. Mereka mengusulkan, “Di sini ada seseorang yang shalih namanya
Sahal bin Abdillah, apakah tuan mau mendatangkannya dan meminta
doanya?” “Bawalah ia padaku!” pintanya. Ketika Sahal mendatangi Ya’qub
bin al-Laits, ia berkata, “Doakanlah aku kepada Allah agar diberi
kesembuhan dari penyakit ini!” Sahal menjawab, “Bagaiamana aku harus
mendoakanmu sementara kamu masih tetap melakukan kezhaliman?” Maka
Ya’qub berniat taubat dari kezhalimannya, berlaku baik pada rakyat, dan
melepaskan orang-orang yang dipenjara. Lalu Sahal berdo’a, “Ya Allah!
Sebagaimana Engkau perlihatkan padanya hinanya maksiat pada-Mu, maka
tunjukkanlah terhadapnya kemuliaan taat kepada-Mu!” Maka seketika
sembuhlah Ya’qub dari penyakit yang dideritanya. Ia bangkit seolah-olah
terlepas dari ikatan. Lalu Ya’qub menawarkan harta benda pada Sahal
sebagai balasan, tetapi Sahal menolaknya. Ia pun kemudian pulang. Ketika
dalam perjalanan pulang ada orange yang berkata padanya, “Terimalah harta
tersebut dan bagikan pada orange-orang fakir!” Kemudian Sahal memandang
tanah di sekitarnya, tiba-tiba kerikil-kerikilnya berubah menjadi mutiara.
Lalu berkata, “Ambillah semua yang kalian mau!” Adakah orang yang diberi
anugrah semacam ini masih memerlukannhartanya Ya’qub bin al-Laits?”
“Janganlah tuan menghukum saya!” pinta Ya’qub menghiba.

2. KISAH SYEKH ISA
Suatu ketika Syekh Isa al-Hatani bertemu dengan wanita pelacur.
Berkatalah ia pada si wanita itu, “Nanti malam aku akan mendatangimu.”
Mendengar itu, hati wanita berbunga-bunga, lalu ia pun bersolek. Seusai
shalat Isya, Syekh Isa menepati janjinya, ia mendatangi wanita itu, lalu
masuk ke kamarnya. Kemudian ia melakukan shalat dua rakaat, setelah itu ia
keluar lagi. “Mengapa anda keluar?” tanya si pelacur. Yang aku kehendaki
Insya Allah berhasil,” jawab Syekh Isa. Lalu terjadilah sesuatu yang
menggetarkan hati, si pelacur itu kemudian mengikuti Syekh Isa dan bertobat
di tangannya. Kemudian Syekh Isa menikahkannya dengan salah seorang
muridnya. Ia berkata pada para santrinya, “Kalian semua adakanlah pesta
walimah! Hidangannya bubur, dan jangan ada lauk juga yang lainnya!”
Mereka pun melakukan apa yang diperintahkan. Kabar pernikahan si pelacur
itu sampai pula ke telinga penguasa. Ternyata si penguasa kenal dekat
dengan pelacur. Maka si penguasa mengirim dua botol minuman keras, dan
dia pun berpesan pada utusannya, “Katakan pada Syekh Isa, apa yang ia
lakukan telah sampai beritanya padaku, dan aku turut bergembira. Maka
terimalah makanan ini sebagai lauk!” Syekh Isa berkata pada utusan tadi,
“Kamu terlambat.” Syekh Isa lalu mengambil salah satu botol minuman
keras tadi, lalu mengocoknya, dan menuangkanya. Ternyata dari botol itu
keluarlah madu. Kemudian ia mengambil botol yang satunya lagi, lalu
mengocoknya, dan menuangkannya, dan ternyata isinya adalah minyak
samin.” Silakan duduk dan makanlah bersamaku,” kata Syekh Isa pada
utusan. Utusan pun duduk dan makan bersamanya, ia merasa makanan tadi
sangat lezat dan tiada duanya. Ketika ia akan menghadap sang penguasa, ia
menceritakan semua yang ia alami. Kemudian si penguasa mendatangi Syekh
Isa untuk membuktikan apa yang dikatakan utusannya itu. Lalu ia mencicipi
makanan tersebut, maka ia merasa takjub. Kemudian ia meminta maaf
kepada Syekh Isa, lalu ia pun bertaubat di tangannya dengan taubat yang
sesungguhnya dengan sebab keberkahan Syekh Isa.

3. PERUBAHAN RODA NASIB
Muhammad bin Abdurrahman al-Hasyimi bercerita, “Pada hari Raya
Idul Adha aku mendatangi ibuku. Di dekatnya kulihat ada serang wanita
yang pakaiannya kotor. Ibuku berkata, “Apakah kamu mengenal wanita ini?”
“Tidak,” jawabku. “Ini adalah Atabah ibunda Ja’far al-Barmaki,” sahut
ibuku. Kemudian aku memberi salam padanya dan berkata, “Ceritakan apa
yang telah engkau alami!” Dia menjawab, “Aku akan bercerita padamu yang
mengandung hikmah dan pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran,
“Suatu hari, pada hari Idul Adha seperti ini, di atas kepalaku terdapat empat
ratus resep obat. Dan aku mengira bahwasannya anakku, Ja’far telah berani
durhaka padaku. Sekarang aku datang pada kalian untuk meminta dua kulit
kambing, satu untuk baju dalam, satu lagi untuk selimut.” Lalu aku
(Abdurrahman) memberinya lima ratus dirham, dan aku menyuruhnya agar
ia kembali lagi bila membutuhkan sesuatu sampai ia meninggal dunia.

4. MENIPU DAN AKIBATNYA
Dikisahkan bahwa ada seorang prajurit muslim yang berperang. Ia
menaiki kudanya untuk membunuh orang kafir, tetapi kudanya berontak.
Lalu ia mendekati orang kafir lagi untuk membunuhnya, tetapi kudanya
berontak lagi seperti semula. Si prajurit pun mengulanginya lagi berkali-kali,
tetapi kudanya tetap memberontak. Maka ia pun pulang dengan hati yang
susah karena tidak bisa membunuh orang kafir tadi. Ia memikirkan ulah
kudanya, padahal sebelumnya tidak pernah demikian. Kemudian ia tidur
bersandar pada tiang kemahnya, sementara kudanya ada di hadapannya.
Kemudian seolah-olah kudanya berkata padanya, “Apakah kamu jengkel
padaku karena tidak menurut? Sementara kamu telah membayar makananku
dengan uang palsu.” Ia pun terbangun, dan segera mendatangi penjual
makanan binatang ternak, lalu mengganti uang palsu yang telah diberikannya
dengan uang asli.

5. KETEGUHAN SAHABAT NABI SAW.
Ketika Qais bin Harsyah datang menghadap Nabi, dia berkata, “Wahai
Rasulullah, aku berbai’at padamu, untuk menaati segala apa pun yang datang
dari Allah melaluimu, dan aku tidak akan berbicara kecuali yang hak
(kebenaran).” Nabi saw. bersabda kepadanya, “Mungkin suatu masa
sepeninggalku nanti kamu akan mendapati para pemimpin yang mana kamu
tidak mampu mengatakan kebenaran di hadapan mereka.” “Derni Allah, aku
tidak akan berjanji kepadamu kecuali aku menepatinya,” lanjut Qais. “Kalau
memang begitu, maka manusia tidak akan dapat menyalitimu.” Qais adalah
orang yang mencela Ziad dan anaknya, karena keduanya telah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan syari’at Islam, berbuat zhalim, dan
kejahatan lainnya. Lalu terdengarlah kabar tersebut ke telinga Ubaidillah bin
Ziad, lalu Ubaidillah mengutus seseorang agar menghadapkan Qais padanya.
Qais pun dibawa ke hadapan Ubaidillah, lalu ditanya, “Kamukah orang yang
melakukan kebohogan atas nama Allah dan utusan-Nya?” “Bukan, tetapi bila
kamu ingin mengetahuinya aku kan memberitahu,” jawab Qais. “Baiklah,
katakan siapa dia?” perintah Ubaidillah. “Dia adalah orang yang tidak mau
mengamalkan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya,” jawab Qais menjelaskan.
“Siapakah yang melakukan seperti itu?” tanya Ubaidillah lagi. “Kamu, orang
tuamu, dan orang yang kamu angkat sebagai pemimpin,” jawab Qais.
“Kamukah orang yang mengatakan bahwa manusia tidak akan
mempengaruhi prinsipmu?” tanya Ubaidillah marah. “Ya,” jawab Qais. “Hari
ini akan kutunjukkan bahwa kamu adalah seorang pendusta, “Penjaga
panggilkan algojo!” perintah Ubaidillah. Ketika para prajurit mendatangkan
algojo, berkatalah Qais, “Demi Allah tidak ada alasan kamu menghukum
saya.” Setelah berkata demikian ia menoleh, lalu para prajurit menggerakgerakan
tubuhnya, ternyata ia telah wafat. Benarlah apa yang disabdakan
Nabi saw. (bahwa tiadaseorang pun yang akan menyakiti dirinya).
Suatu ketika Qais pernah berjalan bersama Ka’ab Ahbar. Keduanya
berjalan sampai di Shifin. Ka’ab Ahbar berhenti sejenak, memandang
sekelilingnya lalu berkata, “Tiada Tuhan selain Allah, sungguh kelak di
tempat ini akan mengalir darah orange-orang beriman yang belum pernah
terjadi sebelumnya.” Mendengar pernyataan itu, Qais marah dan bertanya,
“Apa yang kamu ketahui hai Abu Ishak, ini adalah perkara yang hanya
diketahui oleh Allah?” “Tak sejengkal tanah pun yang tidak tertulis dalam
Taurat yang diturunkan pada nabi Musa as. yakni setiap peristiwa yang akan
terjadi sampai kiamat,” jawab Ka’ab Ahbar.

6. PENGALAMAN SAHABAT NABI SAW. DI MASA
JAHILIYAH
Diceriatakan bahwasanya Zaid bin Amr bin Nufail bin Abdil Uzza,
sepupu Umar bin Khattab, mencari agama Nabi Ibrahim sebelum Nabi
Muhammad saw. diutus. Dia tidak pernah memberi persembahan kepada
berhala, memakan bangkai, ataupun memakan darah. Ketika itu ia ditemani
Waraqah bin Naufal, orang-orang Yahudi saat itu mengajari mereka ajaran
Yahudi, maka Waraqah memeluk agama Yahudi, tetapi Zaid tidak.
Kemudian mereka bertemu orang Nasrani, mereka menjelaskan tentang
agama Nasrani, lalu Waraqah pindah memeluk Nasrani, tetapi Zaid tidak.
Berkata Zaid, “Agama ini sama dengan agama kaum kita, kamu telah
menyekutukan Tuhan kamu juga, lalu ia bertemu seorang rahib, ,aka
berkatalah sang rahib, “Sesungguhnya kamu mencari agama yang sekarang
tidak ada di muka bumi.” “Agama apakah itu?” tanya Zaid. “Agama Ibrahim
as., jawab rahib. “Bagaimana agama Ibrahim itu?” tanya Zaid. Agama
Ibrahim adalah menyembah Allah, tidak menyekutukannya dengan apapun
dari ciptaannya, dan shalat menghadap ke Ka’bah,” kata rahib. Zaid pun
melakukan seperti yang dikatakan rahib sampai matinya.
Suatu ketika ia bertemu dengan Nabi saw. sebelum diangkat menjadi
Rasul. Saat itu Nabi saw. sedang makan bekal yang dibawanya bersama Abu
Sufyan. Abu Sufyan mengajaknya makan, ia berkata “Saudarku! Aku tidak
makan sesuatu yang disembelih atas nama berhala.” Ketika mendengar itu
maka Nabi tidak pernah memakan daging yang disembelih atas nama berhala
sampai beliau diangkat jadi Rasul. Sa’id bin Zaid (anak Zaid bin Amr), salah
satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira akan masuk surga, dan
termasuk as-Saabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama masuk
Islam) berkata pada Nabi saw. “Engkau tetah mengetahui keadaan orang tua
saya sebelumnya, bolehkah saya memohonkan ampun untuknya?” Nabi saw.
menjawab, “Mohonkanlah ampunan untuknya!” Kemudian Sa’id memohonkan
ampunan baginya kepada Allah.
107. KISAH UMAR BIN ABDUL AZIZ
Pada zaman Umar bin Abdul Aziz pernah terjadi musim paceklik. Lalu
datanglah utusan dari berbagai negeri Arab. Para utusan tadi memilih salah
seorang di antara mereka untuk menghadap Umar bin Abdul Aziz. Setelah
menghadap orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin! Kami menghadap
tuan karena ada bahaya yang besar, kulit kami telah kering di badan
dikarenakan kurang makan. Harapan kami hanyalah Baitul Mal (harta
pemerintah yang disiapkan untuk orang fakir miskin). Harta itu tidak akan
sepi dari tiga perkara, adakalanya untuk Allah, adakalanya untuk paduka, dan
adakalanya untuk hamba Allah. Apabila diperuntukkan bagi Allah, maka
Allah adalah Dzat yang Maha Kaya, apabila diperuntukkan bagi tuan, maka
sedekahkanlah pada kami! Karena Allah akan membalasnya, dan bila untuk
hamba Allah, maka berilah hak-hak mereka!” Meneteslah air mata Umar bin
Abdul Aziz mendengar itu, lalu berkata, “Sungguh seharusnya memang
seperti yang engkau katakan, wahai juru bicara para utusan!” Kemudian
Umar bin Abdul Aziz memerintahkan untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya
dari Baitul Mal. Ketika mereka semua bermaksud keluar untuk mendapatkan
bagiannya, berkatalah Umar kepada utusan tadi, “Hai lelaki yang merdeka!
Sebagaimana engkau sampaikan keinginan mereka kepadaku dan kamu
perdengarkan suara mereka kepadaku, maka sampaikan kata-kata dan
keinginanku kepada Allah!” Lalu seorang Badwi menengadahkan wajahnya
ke langit sambil berdo’a, “Wahai Rabbku! Demi kemuliaan dan keagungan-
Mu! Berbuatlahh untuk Umar sebagaimana Engkau berbuat kepada hamba-
Mu!” Belum selesai si Badwi memanjatkan do’anya, tiba-tiba hujan turun
dengan deras, lalu jatuhlah segumpal salju berbentu kendi, dan akhirnya
pecah. Dari pecahan tersebut keluarlah sebuah kertas yang bertuliskan: “Ini
adalah pembebasan dari Allah, Dzat Yang Mulia untuk Umar bin Abdul Aziz
dari api neraka.”

8. ADIL KEPADA RAKYAT
Suatu ketika Anusirwan yang adil keluar untuk berburu. Dia terpisah dari
para pengawalnya dikarenakan mengejar buruannya, lalu ia merasa melihat
sebuah tempat yang dekat darinya. Maka ia mendatangi rumah salah seorang
penduduk untuk meminta air minum, kemudian keluarlah seorang bocah
wanita. Ketika bocah tadi melihat Anusirwan, ia berlari masuk kembali ke
dalam rumah, dengan segera ia memeras batang tebu, dicampur dengan air,
lalu ia membawanya keluar, dan memberikannya kepada Anusirwan.
Sebelum meminumnya, Anusirwan melihat kedalam tempat minuman,
ternyata ada kotoran dan debu. Maka ia meminumnya sedikit demi sedikit
sampai akhirnya habis. Lalu ia berkata, “air yang nikmat adalah yang tidak
ada kotorannya.” “Saya sengaja menjatuhkan kotoran pada mmuman itu,”
jawab bocah wanita tadi. “Mengapa engkau lakukan itu?” tanya Anusirwan.
“Karena aku melihat hebatnya dahaga yang engkau rasakan, aku khawatir
engkau akan menghabiskan dalam sekali teguk yang menyebabkan engkau
tersedak oleh kotoran,” jawab bocah tadi. Anusirwan takjub dengan
kecerdasan bocah tadi, lalu ia bertanya lagi, “Berapa batang tebu yang kamu
peras dalam satu gelas tadi?” “Satu,” jawab si bocah. Semakin tambah heran
ia. Kemudian ia berlalu dari bocah tadi dan mencari tahu berapa besar
penghasilan penduduk daerah tersebut. Ternyata penghasilan daerah tersebut
sangat sedikit, maka di dalam hati ia bermaksud menambahnya. Setelah
beberapa waktu ia kembali lagi ke tempat itu sendirian, ia mendatangi lagi
bocah wanita tadi untuk meminta minuman, lalu keluarlah bocah tadi dengan
sendirinya. Ketika melihat Anusirwan, tahulah ia, maka dengan segera ia
masuk kembali untuk membuatkan minuman. Kali ini ia membuat minuman
agak lama. Ketika bocah tadi keluar untuk memberikan minuman,
bertanyalah Anusirwan, “Kamu sangat lama, kenapa?” Si bocah menjawab
“Keinginanmu tidak akan tercukupi dengan hanya satu batang tebu, akan
tetapi dengan tiga batang tebu.” “Apa sebabnya?” tanya Anusirwan.
“Perbedaan niat tuan! Saya mendengar bahwa bila niat seorang penguasa
berubah, maka kebaikan dan keberkahan kaum akan hilang,” jawab si bocah.
Anusirwan pun tertawa, dia mengurungkan niat hatinya untuk menambah
penghasilan daerah tersebut. Kemudian ia menikahi bocah wanita tadi karena
takjub akan kecerdasannya.

9. INSPEKSI RAJA TERHADAP KEADAAN RAKYATNYA
Diceritakan bahwasanya raja Kasytasit memiliki perdana menteri yang
bernama Rostirus. Dengan nama tersebut raja menyangka bahwa perdana
mentrinya adalah orang yang taqwa dan saleh. Raja tidak pernah mendengar
dari seorang pun tentang kejelekannya. Padahal sesungguhnya ia bukan
orang baik-baik. Suatu ketika berkatalah perdana menteri pada raja,
“Sesungguhnya rakyat telah melakukan tindakan tercela dikarenakan
keadilan yang kita terapkan dan kurangnya pendidikan kita terhadap mereka.
Dan ada pepatah mengatakan, ‘Bila penguasa adil, maka rakyat akan
membangkang’, dan sekarang aroma kerusakan telah menyengat, maka wajib
bagi kita untuk mencegah dan mengajari mereka kesopanan, menindak orang
yang melampaui batas, menghilangkan kefasikan yang merusak, serta
mengajarkan kebaikan.” Kemudian ditugaskanlah beberapa orang untuk
mengajarkan kesopanan, dan setiap petugas telah menerima suap dari
perdana menteri. Perdana menteri mengatakan pada raja bahwa rakyatnya
lemah, mengalami kesulitan, negara tidak memiliki simpanan, maka jelaslah
alasan bagi sang raja untuk melaksanakannya. Kemudian raja meneliti
perbendaharaan kerajaan, dan ia tidak mendapati apapun yang digunakan
untuk memperbaiki pasukannya. Karena pikirannya pusing, maka raja pergi
ke hutan. Dari jauh tampak olehnya sebuah tenda yang terpancang, maka ia
pun mendatanginya. Di sana ia melihat banyak kambing sedang tidur dan
anjing yang disalib. Lalu keluarlah seorang pemuda dari dalam tenda. Raja
Kasytasit memberi salam pada pemuda tadi dan memintanya agar ia
diizinkan untuk menginap. Pemuda itu pun memuliakan sang raja, ia
menyuguhkan hidangan sebagaimana seharusnya. Berkatalah sang raja, “Aku
tidak akan makan sampai kamu bercerita tentang anjing itu!” Si pemuda
menjawab, “Anjing ini adalah penjaga kambing saya, kemudian ia bertemu
dengan macan, jadilah ia tidur dan bertempat tinggal dengan macan. Setiap
hari macan tadi membawa kambing saya satu demi satu, sementara saya
tidak tahu. Saya pun selalu memikirkan keadaan kambing saya, karena setiap
hari kambing-kambing tersebut berkurang. Suatu ketika saya melihat seekor
macan yang membawa kambing saya, sedangkan anjing hanya diam saja.
Maka tahulah saya bahwa anjing tersebut telah berkhianat, dan anjing itulah
penyebab rusaknya kambing saya. Maka saya menangkapnya dan
menyalibnya.” Mendengar ceritanya, sang raja berfikir dalam hatinya,
“Rakyatku ibarat kambing, maka aku harus menanyakan langsung pada
mereka agar aku tahu keadaan yang sebenarnya.” Setelah itu raja pun pulang
ke rumahnya. Ia terus merenung, lalu sadarlah ia bahwa semua itu adalah
kelicikan perdana menterinya. Maka ia membuat pribahasa, “Barangsiapa
terpedaya dengan nama, maka ia akan pulang tanpa bekal; barangsiapa
berkhianat dalam masalah bekal, maka ia akan pulang tanpa nyawa.”
Kemudian raja memerintahkan agar perdana menteri disalib.


10. RAJA YANG CERDAS
Dikisahkan bahwa suatu ketika Iskandar mengirim utusan pada raja Dar
bin Dar. Ketika utusan itu kembali, ia menyampaikan jawaban Dar bin Dar.
Setelah mendengar penuturan utusannya, Iskandar meragukan satu kalimat
dalam jawaban tersebut. “Sungguh saya mendengarnya dengan telinga saya
sendiri,” kata utusan meyakinkan Iskandar. Iskandar kemudian menulis
jawaban tadi dengan tangannya sendiri, lalu menyuruh utusan tadi untuk
mengirimkannya pada raja Dar bin Dar. Ketika ia menerima surat Iskandar,
lalu membacanya, tiba-tiba ia mengambil pisau, lalu memotong satu kalimat
tadi dari isi surat. Kemudian mengembalikannya pada Iskandar. Dia pun
menambahkan tulisan dalam suratnya, “Sesungguhnya niat tulus seorang
raja, keagungan wataknya, dan dasar kekuatannya, semua itu menunjukkan
bergantungnya kebenaran akan perkataan utusan yang bisa dipercaya. Dan
sekarang aku telah memotong kalimat tersebut, karena kata-kata itu bukan
berasal dari saya, dan saya tidak mempunyai alasan untuk memotong lidah
utusanmu.” Selang beberapa waktu, Iskandar memanggil utusan tadi dan
bertanya, “Apa yang mendorongmu untuk menambahkan kalimat itu?”
“Karena dia tidak memberikan hak-hak saya dan membuat saya marah,”
jawab utusan. “Selakalah kamu! Apakah aku mengutusmu untuk kebaikanku
atau kebaikanmu?” Kemudian Iskandar memerintahkan untuk memotong
lidah utusan tadi dan memenggal kepalanya.
Orang yang pertama kali menyalahgunakan kepercayaan raja adalah
Yazdajird. Suatu ketika datang padanya seekor kuda yang sangat bagus dan
mahal, tak seorang pun pernah melihat kuda sebagus itu. Dengan sangat hatihati
para prajurit Iskandar berusaha menangkap kuda tadi, tetapi mereka
tidak mampu menangkapnya. Sampai akhirnya kuda tersebut berlari ke arah
istana dan berhenti di sana. Lalu berkatalah Yazdajird, “Kuda ini adalah
hadiah dari Allah khusus untukku.” Kemudian ia berdiri mendekati kuda
tadi, menyentuh muka dan punggungnya, dan kuda tersebut diam saja. Maka
Yazdjird memasang pelana dan menarik tali kekangnya kuat-kuat. Kuda
tersebut menoleh ke arah penunggangnya, dan berusaha untuk menendang
penunggangnya. Akhirnya kuda tersebut benar-benar menendang Yazdajird
tepat mengenai ulu hatinya. Sehingga ia mati seketika itu juga. Tak seorang
pun yang tahu dari mana kuda itu datang dan kemana perginya. Orang-orang
mengatakan, ini adalah malaikat yang diutus Allah untuk membinasakan
Yazdajird dan menyelamatkan kita dari kezhalimannya. Wallaahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar