Kamis, 01 Juli 2010

KEAJAIBAN IMAN 5

1. MENAHAN DIRI DARI MEMANDANG YANG HARAM
Diceritakan tentang seorang pemuda shalih, bahwa pada suatu hari ia
bertemu dengan seorang wanita yang amat cantik, maka jatuhlah pandangannya
pada wanita itu, dan wanita itu merasa risih dilihat seseorang. Maka si
pemuda berdoa kepada Allah, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau
menjadikan penglihatanku sebagai nikmat yang Engkau berikan, dan aku
khawatir jika mataku ini menjadi siksaan bagiku, karenanya ambillah
penglihatanku!” Selesai berdo’a seketika itu juga mata si pemuda menjadi
buta. Maka apabila ia pergi ke masjid, ia dituntun oleh adiknya yang masih
kecil. Ketika mereka berdua sudah sampai di masjid, maka adiknya bermain
dengan teman sebayanya dan meninggalkanya sendirian. Apabila pemuda
tadi memerlukan sesuatu, ia pun memanggil adiknya, maka dengan terpaksa
adiknya pun mendatanginya, dan setelah itu ia pun melanjutkan bermain.
Pada suatu hari ketika ia sedang berada di dalam masjid, dia merasa ada
sesuatu yang berputar putar di sekelilingnya dan ia merasa takut, maka ia
memanggil adiknya, tetapi adiknya tidak menyahut panggilannya. Lalu ia
menengadahkan pandangannya ke atas dan berdo’a, “Wahai Tuhanku!
Dahulu Engkau memberiku penglihatan yang aku gunakan sebagai anugrah
dari-Mu, lalu aku meminta-Mu untuk menghilangkannya karena takut akan
menjadi fitnah dan siksa bagiku, sekarang aku membutuhkanya, maka aku
mohon wahai Tuhanku, kembalikanlah penglihatanku!” Maka Allah
mengembalikan penglihatanya, dan seketika itu pula ia bisa melihat. Lalu ia
pulang kerumahnya dengan penglihatan yang telah pulih kembali. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2. AKIBAT KEZHALIMAN
Pada zaman Bani Israil ada seorang lelaki yang mandul tak bisa punya
anak. Apabila ia berjalan-jalan keluar dan bertemu dengan anak kecil, maka
ia akan mebujuknya, mengajaknya untuk datang ke rumah, setelah sampai di
rumah, maka anak tersebut akan dibunuh lalu dilemparkan ke dalam lubang
yang ada di dalam rumahnya. Sebenarnya istrinya selalu berusaha mencegahnya,
tetapi ia tidak mau mendengar dan malah berkata, “Sseandainya Allah
akan menyiksaku atas semua yang telah aku lakukan, tentunya Dia telah
menyiksaku setiap hari.” Istrinya menjawab, “Bukan berarti Allah tidak
menyiksamu atas apa yang kamu lakukan, hanya saja takaranmu belum
penuh. Apabila takaranmu sudah penuh pasti Allah akan menyiksamu.”
Pada suatu hari ia keluar dan bertemu dengan dua anak kecil, maka ia
pun mengajak kedua anak tersebut ke rumahnya. Setibanya di dalam rumah,
dia pun membunuh keduanya, lalu dibuang ke dalam lubang yang ada di
dalam rumahnya. Ketika dua anak itu tidak pulang, orang tuanya mencarinya
namun tidak menemukanya. Lalu orang tuanya mendatangi Nabi pada zaman
itu dan menceritakan kejadiannya. Nabi bertanya, “Apakah mereka memiliki
mainan yang suka digunakan?” “Ya, mereka bermain dengan seekor anjing
kecil,” jawab orang tua. “Bawalah kemari anjing kecil itu!” perintah Nabi.
Maka orang tua anak itu pun membawa anjing kecilnya pada Nabi.
Kemudian Nabi meletakkan cincinnya di antara kedua mata anjing tersebut
lalu melepaskannya seraya berkata pada orang tua si anak, “Ikutlah di
belakangnya! Rumah siapa nanti yang dimasukinya, maka semuanya akan
menjadi jelas.” Anjing itupun kemudian berjalan melewati gang, lorong
sampai akhirnya masuk ke sebuah rumah. Lalu anjing itu menggerakgerakkan
ekornya kemudian mencakari tanah. Penduduk kampung pun
kemudian menggali tempat tersebut, lalu mereka menemukan dua anak kecil
tadi bersama-sama yang lainnya dalam keadaan tidak bernyawa. Kemudian
mereka memberitahukan kepada Nabi tentang apa yang mereka temukan,
juga membawa si pemuda yang telah membunuhnya. Nabi memerintahkan
agar si pembunuh itu disalib. Ketika si pembunuh itu disalib datanglah
istrinya dan berkata, “Bukankah aku sudah memperingatkanmu tentang hal
ini, dan aku katakan bahwa Allah tidaklah membiarkan kesalahanmu,
sesungguhnya takaran kezhalimanmu telah penuh, melebihi batas, karenanya
sekarang Allah menyiksamu.”

3. MUKJIZAT NABI SAW.
Jabir bin Abdillah bercerita, “Pada suatu hari saya dan Nabi saw.
bepergian. Saya mengendarai unta, dan unta saya tersebut lelah, lalu saya
membawanya kepada Nabi saw.. Lalu Nabi saw. mendoakan unta tersebut,
lalu berkata padaku, “Naiklah!” Maka saya pun menaikinya dan ternyata unta
tersebut berlari sangat kencang, sehingga saya menjadi yang terdepan di
antara orang banyak. Nabi saw. bertanya padaku, “Apa pendapatmu tentang
untamu?” Saya menjawab, “Unta itu telah mendapat berkah engkau ya
Rasulallah.” “Apakah kamu mau menjualnya padaku?” lanjut Nabi saw. Saya
pun merasa malu. Kalau saya menolak, yang menginginkan adalah
Rasulullah; kalau saya jual, saya tidak memiliki unta lagi untuk mengairi
sawah.” Akhirnya saya menjawab, “Baiklah kalau tuan menghendaki.” Nabi
saw. pun memberikan uangnya, menambah dan menambahnya lagi sampai
kira-kira satu uqiyah (bungkus) emas. Nabi saw. berkata, “Naikilah unta itu
sampai Madinah.” Ketika sampai di Madinah Nabi saw. berkata pada Bilal
“Berikan uang pembayaran unta dan tambahi, kemudian kembalikan lagi
untanya pada Jabir.”
Imam Suhaili berkata, “Hikmah pembelian Nabi saw. terhadap unta
Jabir, lalu melebihkan harganya, dan mengembalikannya lagi pada Jabir
adalah isyarat terhadap firman Allah Swt.: “Sesungguhnya Allah membeli
dari orang-orang yang beriman diri dan harta mereka.” Juga firman-Nya:
“Bagi mereka yang melakukan kebajikan maka mereka akan mendapat
balasan baik pula serta tambahanya.” Juga firman-Nya: “Janganlah kamu
menyangka bahwa orang yang terbunuh karena membela agama Allah itu
mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya.”

4. MUKJIZAT NABI ISA AS. DAN PENGKHIANATAN SEORANG WANITA
Pada zaman Bani Israil ada seorang lelaki yang memiliki seorang istri
yang sangat cantik tiada tandingnya, dan ia pun sangat mencintainya. Ketika
istrinya mati maka ia menunggui kuburnya dalam waktu yang lama. Suatu
hari lewatlah Nabi Isa as. ke kuburan tersebut, lalu melihat lelaki itu sedang
menangis. Nabi Isa as. pun bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Maka lelaki itu pun menceritakan kisahnya. Nabi Isa as. berkata, “Apakah
kamu senang jika aku menghidupkanya kembali untukmu?” “Ya,” jawab
lelaki itu. Kemudian Nabi Isa as. pun memanggil penghuni kubur itu, maka
tiba-tiba keluarlah dari dalam kubur itu sesosok hitam yang dari mata, hidung
dan semua lubang tubuhnya keluar api. Lelaki tadi berkata, “Bukan yang itu,
wahai Nabi Allah, tetapi kuburnya adalah yang ini,” kata si lelaki sambil
menunjuk kubur yang lain. Nabi saw. pun berkata pada mayat tadi,
“Kembalilah ke tempatmu!” Mayat itu pun roboh lagi ke tempatnya, lalu
tertimbun tanah. Kemudian Nabi Isa as. pindah ke kubur yang ditunjukkan
lelaki tadi, seraya berkata, “Wahai penghuni kubur, bangkitlah dengan izin
Allah!” Tiba-tiba kuburan itu terbelah, lalu keluarlah seorang perempuan
sambil mengibaskan debu dari rambutnya, “Inilah istri saya, wahai Nabi
Allah!” kata lelaki tadi. “Bawalah ia bersamamu,” perintah Nabi Isa. Lelaki
tadi membawa istrinya pulang. Suatu ketika ia merasa sangat ngantuk dan
ingin tidur, lalu ia berkata pada istrinya, “Aku lelah karena tidak tidur selama
menunggu kuburanmu, aku ingin istirahat.” “Istirahatlah!” jawab istrinya.
Lelaki tadi kemudian meletakkan kepalanya di atas pangkuan istrinya. Ia
tertidur, saat lelaki tadi tertidur lewatlah seorang pangeran yang gagah dan
tampan naik kuda yang bagus, maka terpesonalah wanita tadi pada sang
pangeran. Ia pun meletakkan kepala suaminya, lalu berlari menyusul sang
pangeran. Ketika sang pangeran melihat wanita tadi, ia pun terpana dan
terpikat. “Bawalah aku bersamamu!” kata wanita tadi. Mereka berdua pun
kemudian pergi. Ketika suami wanita tadi terbangun, ia kaget karena istrinya
sudah tidak ada, maka ia pun mencarinya. Akhirnya ia menemukannya. Ia
berkata padasang pangeran, “Wahai pangeran, wanita ini adalah istri saya,
lepaskan dia!” kata suaminya. Akan tetapi istrinya malah tidak mengakuinya,
malah berkata, “Aku adalah istri pangeran.” “Apakah kamu akan merebut
istriku?” kata sang pangeran. Suaminya menjawab, “Demi Tuhan, dia adalah
istriku, dia telah dihidupkan kembali oleh Nabi Isa as. setelah kematiannya.”
Ketika mereka sedang rebut, tiba-tiba lewatlah Nabi Isa as.. Maka si lelaki
berkata, “Wahai Nabi Allah! bukankah ini adalah wanita yang engkau
hidupkan untuk saya?” “ya,” jawab Nabi Isa. “Wahai Nabi Allah, dia itu
bohong, aku adalah istri sang pangeran,” kata si wanita mengingkari.
“Bukankah kamu adalah wanita yang aku hidupkan?” tanya Nabi Isa as..
“Demi Allah, bukan wahai Nabi Allah,” jawab si wanita. “Kalau begitu
kembalikan padaku apa yang telah aku berikan padamu,” lanjut Nabi Isa as..
Maka seketika itu juga wanita tadi mati. Lalu Nabi Isa as. bersabda,
“Barangsiapa ingin mengetahui seseorang yang mati kafir, kemudian ia
dihidupkan dan beriman, maka lihatlah sosok hitam tadi. Dan barangsiapa
ingin mengetahui orang yang mati beriman kemudian dihidupkan dan kafir,
maka wanita inilah orangnya.” Kemudian lelaki Bani Israil tadi bersumpah
bahwa dia tidak akan menikah selamanya. Dia menuju sebuah dataran yang
sepi, lalu beribadah di sana sampai akhir hayatnya.
5. CELAKA KARENA MEMPERLIHATKAN KEBENARAN
Pada suatu hari seorang lelaki Kurdi duduk bersama rajanya di meja
makan. Di atas meja makan tersebut terdapat dua ekor burung puyuh
panggang. Si Kurdi mengambil satu dan tertawa, lalu sang raja pun bertanya
mengapa ia tertawa. Si Kurdi menjawab, “Suatu kali aku pernah merampok
seorang pedagang, saat aku akan membunuhnya ia menghiba padaku, tetapi
aku tidak mengampuninya. Ketika ia melihatku sungguh-sungguh akan
membunuhnya, ia menoleh, bersamaan dengan itu ia melihat dua ekor
burung puyuh di atas gunung. Lalu ia berkata pada burung tersebut,
“Saksikanlah bahwasanya perampok inilah yang membunuhku!” Lalu aku
membunuhnya. Jadi ketika aku melihat dua ekor burung puyuh ini, aku
teringat akan ketololannya, maka aku pun tertawa.” Mendengar itu maka
sang raja berkata, “Demi Tuhan! Dua ekor burung tersebut telah menjadi
saksi pembunuhan yang engkau lakukan.” Maka sang raja memerintahkan
agar kepala orang tersebut dipenggal sebagai tebusan atas pembunuhan yang
telah dilakukannya.

6. PASRAH PADA ALLAH DAN PENGARUHNYA
Dahulu ada seseorang yang hidup di hutan. Dia memiliki ayam jantan
yang selalu membangunkannya, anjing yang setia menjaganya dari pencuri,
keledai yang selalu ia gunakan untuk mengangkut air dan tendanya.
Padasuatu hari ia datang ke perkampungan terdekat sekedar untuk
berbincang-bincang dan beramah tamah dengan penduduk. Tiba-tiba
terdengar olehnya kabar bahwa seekor musang telah memakan ayamnya.
Maka ia berkata, “Itu suatu kebaikan kalau memang Allah yang
menghendaki.” Kemudian terdengar kabar lagi bahwa anjingnya telah mati,
maka ia berkata lagi, “Lihatlah itu adalah sesuatu yang baik, kalau memang
Allah yang menghendaki.” Kemudian terdengar lagi kabar bahwa keledainya
telah di cabik-cabik oleh macan, maka ia pun berkata, “Mungkin itu adalah
yang terbaik jikalau memang Allah menghedakinya.” Ketika malam
menjelang, ia pun pulang ke tendanya. Keesokan harinya, ia mendengar
berita bahwa tadi malam penduduk kampung telah didatangi musuh, tetapi
musuh tersebut merasa ketakutan dengan suara ayam, gonggongan anjing,
dan ringkikan himar, sehingga selamatlah pondoknya. Ternyata kebaikan ada
di dalam kematian semua hewan yang dimilikinya.

7. TIPU DAYA WANITA
Pada zaman Bani Israil ada seorang laki-laki ahli ibadah (‘abid) yang
memiliki istri sangat cantik, ia begitu terpikat oleh istrinya sampai ia
terpedaya. Sehingga karena sangat cinta terhadap istrinya, apabila keluar
rumah ia mengunci rumahnya, begitu pula ketika masuk. Akan tetapi,
ternyata istrinya mencintai seorang pemuda. Pemuda itu pun membuat kunci
duplikat rumah si ‘abid tadi, sehingga pemuda tadi bisa masuk menemui istri
ahli ibadah tadi kapan saja ia mau. Sementara si ‘abid tidak mengetahuinya.
Lama kelamaan si ‘abid akhirnya merasakan juga, maka ia berkata pada
istrinya, “Akhir-akhir ini sikapmu terhadapku berubah, aku tidak tahu apa
sebabnya. Aku ingin kamu bersumpah kepadaku di atas sebuah gunung yang
letaknya di luar kota, dan apabila berbohong seseorang yang bersumpah di
sana akan mati.” “Apakah perasaanmu akan lebih baik apabila aku
bersumpah di sana?” tanya istrinya. “Ya,” jawab suaminya. “Kapan waktu
yang kau inginkan agar aku bersumpah untukmu?” tanya istrinya. “Besok,”
jawab suaminya. Ketika si ‘abid keluar dari kamar istrinya, maka masuklah si
pemuda, lalu istri si ‘abid berkata, “Suamiku telah datang menemuiku dan
bertanya-tanya padaku. Dia mencurigai hubungan kita, dan aku telah berjanji
padanya untuk bersumpah setia padanya besok di atas gunung. Mendengar
penuturan wanita tadi, si pemuda kebingungan. Lalu si wanita berkata,
“Tidak usah khawatir, besok berpakaianlah seperti orang yang menyewakan
himar. Ambillah himar lalu pergilah ke gerbang kota, karena besok aku akan
mengajak suamiku ke penyewaan. Apabila aku memanggilmu untuk
menyewa himar, maka datanglah segera dan naikkan aku ke atas himarmu
untuk melaksanakan sumpah yang membenarkan aku.” “Demi cinta dan
kemuliaan, aku akan melaksanakan,” jawab si pemuda. Ia pun keluar untuk
melaksanakan perintah si wanita. Keesokan harinya ketika si ‘abid
memanggil istrinya untuk melaksanakan sumpah, berkatalah istrinya,
“Sesungguhnya aku tidak kuat untuk berjalan ke gunung, tolong carikanlah
sesuatu yang mungkin bisa aku naiki.” “Keluarlah bersamaku! Mungkin aku
bisa mendapatkan himar yang aku sewa untukmu,” jawab suaminya. Lalu
keduanya pergi ke gerbang kota, sementara si pemuda pun sudah berada di
sana sedang berdiri sambil membawa himar. Berteriaklah si istri, “Hai
tukang sewa! Sewakanlah himarmu untukku dengan harga setengah dirham
untuk mengantarku ke puncak gunung!” Pemuda itu menjawab, “Baiklah!”
Kemudian si pemuda menaikkan wanita tadi ke atas himarnya. Lalu mereka
bertiga pergi ke puncak gunung. Setelah sampai di puncak gunung,
berkatalah si wanita, “hai tukang sewa, turunkanlah aku!” “Baiklah,” jawab
pemuda. Ketika pemuda tadi hendak menurunkan si wanita, tiba-tiba si
wanita menjatuhkan tubuhnya sendiri ke atas tanah, sehingga pakaiannya
terlepas dan terlihatlah seluruh aurat tubuhnya oleh si pemuda dan suaminya
sendiri. Si suami pun mengeluarkan kata-kata sumpah serapah kepada si
pemuda tadi. “Demi Allah saya tidak bersalah, saya tidak sengaja,” sahut si
pemuda. Lalu berdirilah si wanita dan mengangkat tangannya ke atas seraya
bersumpah, “Sungguh tidak ada yang melihat auratku kecuali kamu dan
pemuda yang menyewakan himar ini.” Ketika wanita tadi mengucapkan
sumpah, maka bergetarlah gunung tersebut dengan hebat. Lalu sang suami
pun menghindar dari pemuda yang menyewakan himar tadi. Jal ini sesuai
dengan firman Allah: “Apabila mereka melakukan tipu daya, maka gununggunung
akan bergetar.”

8. PENERANG HATI
Salah seorang salafus shalih bercerita, “Pada suatu hari aku membeli
seekor kambing bakar dari tetaggaku untuk makan, tiba-tiba datanglah
seorang pengemis, maka aku pun mengajaknya makan bersama. Dia
mengambil sepotong daging, mengunyahnya di mulutnya, lalu memuntahkannya,
kemudian ia meninggalkan aku sambil berkata, “Sesuatu telah
terlihat olehku sehingga membuatku tidak berselera makan.” Aku katakana
padanya, “Janganlah makan kecuali bersamaku!” “Aku ini pengemis, tidak
makan pun tak apa-apa, kalau kamu mau makan silakan sekehendakmu!”
Setelah itu ia pun pergi. Sementara selera makanku pun hilang karenanya.
Aku berguman, “Mungkin lebih baik aku memanggil tukang kambing dan
bertanya dari mana asal kambing ini. Mungkin dia dapat mengetahui sebab
ketidaksukaan pengemis tadi. Aku pun memanggil tukang kambing, aku
Tanya dia dan aku desak, sehingga ia mengatakan bahwa kambing tersebut
sebenarnya bangkai. Dia sangat ingin menjualnya untuk mendapatkan uang.
Kemudian aku memberikan kambing bangkai bakar itu ke anjing. Setelah
kejadian itu aku bertemu lagi dengan si pengemis, aku pun bertanya
sebabnya mengapa ia tidak mau makan dan apa yang membuatnya,
berpaling? Ia menjawab, “Demi Allah sudah bertahun-tahun aku tidak
memiliki selera makan, tetapi ketika kamu datang ke tukang kambing ini
timbullah dalam diriku keinginan yang kuat untuk makan. Maka tahulah aku
bahwa di situ ada penyakitnya, maka aku tidak mau memakannya.”
“Renungkanlah wahai saudaraku, penjagaan Allah terhadap hamba-Nya
yang taat.”

9. BERBUAT BAIK PADA ORANG YANG SALAH
Pada suatu hari seorang shalih keluar untuk berburu. Tiba-tiba ia bertemu
seekor ular yang sedang ketakutan. Ular itu berteriak, “Tolong! Selamatkan
aku dari musuh yang mengejarku!” Orang shaleh pun bermaksdu menutupi
ular itu dengan kainnya, tetapi ular itu berkata, “Orang yang mengejarku
akan tetap mengetahuinya.” Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya orang
shaleh. Sang ular berkata, “Jika memang kamu ingin berbuat baik,
menyelamatkan aku, bukalah mulutmu agar aku bisa masuk ke delamnya!”
“Aku takut padamu,” sahut orang shaleh. Lalu ular tersebut berjanji tidak
akan menyakitinya dan mengatakan bahwa ia adalah umat Muhammad saw..
Orang shaleh pun membuka mulutnya, lalu melompatlah ular tadi dan masuk
ke mulutnya. Tiba-tiba datanglah seseorang sambil membawa pedang dan
menanyakan keberadaan ular tersebut. Aku tidak melihatnya jawab orange
shaleh. Setelah itu, ia beristighfar seratus kali atas ucapannya. Setelah
pemburu ular tadi berlalu, si ular menengok keluar untuk melihat si
pemburunya. Orang shaleh mengatakan bahwa pemburunya sudah pergi, lalu
menyuruh ular tadi agar keluar. Ular berkata, “Sekarang pilihlah bagimu
salah satu kermatianmu, aku gigit jantungmu atau aku lubangi hatimu?”
Orang shaleh berkata, “ Maha Suci Allah, mana janji yang kau ucapkan?”
Sang ular berkata, “Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih
goblok daripada kamu. Apakah kamu lupa perseteruanku dengan nenek
moyangmu, sehingga ia di keluarkan dari nirwana? Dan apa yang
mendorongmu melakukan kebaikan kepada yang tidak semestinya?” “Kalau
memang aku harus mati, berilah aku kesempatan sebentar untuk melakukan
sesuatu di gunung ini!” pinta orang shaleh. “Terserah,” jawab ular. Lalu
orang shaleh menengadah ke langit dan berdo’a. “Wahai Dzat yang penuh
Kasih! Kasihanilah aku dengan kasih-Mu yang lembut, Dzat yang Pengasih,
Maha lagi Maha Kuasa, aku mohon kepada-Mu, demi kekuasaan-Mu
menegakkan singgasana, sementara singgasana tersebut tidak tahu dimana
Engkau menetap, wahai Dzat yang bijak, Dzat yang Maha Tahu, Maha
Tinggi, Maha Agung, Maha Hidup, Maha Kuat. Ya Allah tidak ada yang
menyelamatkanku dari ular ini melainkan Engkau.” Lalu ia berjalan ke arah
puncak gunung, tiba-tiba muncullah seorang kakek tua yang wajahnya
bersinar, harum, dan pakaiannya bersih. Ia memberikan dedaunan yang
berwarna hijau, dan berkata, “Makanlah daun-daun ini!” Lalu aku pun
memakannya, dan tiba-tiba kelurlah ular dari perutnya dalam keadaan sudah
terpotong-potong, dan seketika hilanglah rasa sakitku. Aku bertanya
padanya, “Siapakah engkau, wahai penyelamatku?” “Ketika kamu berdoa
kepada Allah, maka para malaikat di langit menjadi ribut, lalu Allah
berfirman, “Demi Keagungan dan Kemuuliaan-Ku! Aku telah melihat apa
yang dilakukan ular tersebut terhadap hamba-Ku. Lalu Allah mengutusku
pergi ke surga untuk mengambil daun pohon Thuba agar diberikan padamu.
Aku adalah malaikat yang bernama Ma’ruf (kebaikan), dan tempatku di
langit. Teruslah berbuat baik, karena itu akan menjagamu. Walaupun disiasiakan
oleh orang yang kita beri kebaikan, tetapi Allah tidak akan pernah
menyia-nyiakanya.”

10. PERISTIWA PADA ZAMAN MASA MUSA AS.
Diceritakan bahwa pada zaman Nabi Musa as. ada seseorang yang
bercerita pada orang-orang, katanya, “Nabi Musa kalimullah, najiyullah,
shafiyullah, telah berkata padaku…” Berlalulah kejadian mengenai orang itu
dalam masa yang lama, sementara Nabi Musa as. tidak mengetahuinya.
Hingga pada suatu hari datanglah seseorang menghadap Nabi Musa as.
sambil menuntun seekor babi dengan tali berwarna hitam, lalu berkata,
“Wahai Nabi Allah, apakah engkau mengenal si fulan?” “Aku pernah
mendengar namanya,” jawab Nabi Musa. “Inilah dia!” lanjut orang tadi
(sambil menunjuk pada babi yang dibawanya). Lalu Nabi berdo’a pada Allah
Swt. agar mengembalikan wujud orang tadi seperti semula, agar ia bisa
ditanya mengapa Allah menjadikannya demikian. Lalu Allah berfirman,
“Wahai Musa! Andaikan engkau berdo’a seperti Adam dan yang selainnya,
niscaya Aku tidak akan mengabulkannya. Akan tetapi Aku akan
mernberitahumu mengapa ia berubah menjadi seekor babi, karena
sesungguhnya ia mencari harta dengan menjual agama.”

11. AKIBAT MEREMEHKAN CIPTAAN ALLAH
Dikisahkan bahwa zaman dahulu ada seorang yang meremehkan
kumbang, katanya, “Ini makhluk yang jelek rupanya, baunya busuk, apa
yang Tuhan inginkan dengan menciptakan makhluk sejelek ini?” Kemudian
Allah memberikan cobaan padanya, berupa luka yang setiap dokter tidak
mampu mengobatinya, sehingga ia merasa putus asa. Lalu ia mendengar
bahwa ada seorang tabib yang tinggal di sebuah gang, maka ia meminta,
“Panggil ia kemari agar bisa melihat keadaanku!” Keluarganya bertanya
padanya, “Apa yang harus kami lakukan dengan tabib itu, padahal dokter
yang ahli saja tidak mampu mengobatimu?” “Kalian harus membawa dia
kemari!” jawabnya. Kemudian mereka membawa tabib tersebut. Setelah
tabib memeriksa lukanya, maka ia meminta agar dicarikan kumbang.
Mendengar permintaannya, tertawalah semua yang hadir. Akan tetapi si
pasien tadi teringat peristiwa yang telah lama terjadi ketika ia melihat seekor
kumbang. Maka berkatalah ia pada keluarganya, “Carikan apa yang ia minta,
karena ia memiliki mata hati yang tajam.” Lalu mereka pun mencari
kumbang. Kumbang tersebut dibakar dan abunya ditaburkan pada luka si
pasien, maka dengan izin Allah lukanya pun sembuh. Kemudian si pasien
yang baru sembuh berkata pada semua yang hadir, “Ketahuilah!
Sesungguhnya Allah ingin menunjukkan padaku bahwa pada diri makhluk-
Nya yang paling hina terdapat obat penawar yang mujarab. Dia Maha
Bijaksana lagi Maha Waspada.

12. BERSERAH DIRI KEPADA ALLAH
Dikisahkan bahwasanya orang-orang dari kabilah Asy’ariyah yang terdiri
dari Abu Musa, Abu Malik, dan Abu Amir berhijrah menuju ke tempat
Rasulullah saw.. Ketika itu mereka lupa bahwa bekal mereka ketinggalan,
lalu mereka mengutus seseorang untuk menghadap Rasulullah dan meminta
bantuan pangan. Ketika utusan itu sampai ke tempat Nabi saw., beliau
sedang membaca ayat yang artinya:
“Dan tiadalah satu makhluk pun yang ada di muka bumi kecuali Allah
yang menanggung rizkinya.”
Utusan tadi bergumam, “Orang-orang Asy’ariyah itu memang
pembangkang.” Lalu ia kembali dan tidak jadi menghadap Nabi saw.. Ketika
ia tiba di sana, salah seorang rombongan berkata, “Berbahagialah kalian!
karena bantuan telah datang.” Mereka menyangka bahwa utusan tadi telah
menyampaikan pesan mereka kepada Nabi saw.. Beberapa saat kemudian
datanglah dua orang lelaki sambil membawa baki yang penuh dengan daging
dan roti. Mereka pun kemudian makan sampai kenyang. Salah seorang di
antara mereka berkata, “Kembalikanlah sisa makanan ini kepada Rasulullah
saw.. Lalu mereka semua menghadap Rasulullah saw. dan berkata, “Wahai
Rasulullah, aku tidak pernah melihat makanan yang lebih enak dan lezat
daripada makanan yang tuan kirimkan.” “Aku tidak pernah mengirimkan apa
pun,” jawab beliau. Mereka pun bercerita bahwasannya mereka mengirim
utusan pada beliau untuk minta bantuan pangan. Nabi saw. bertanya tentang
apa yang diperbuat oleh utusan tadi. Selanjutnya beliau menyatakan bahwa
itu adalah rizki yang dikirim Allah pada mereka, sehingga mereka semua
dapat makan dengan kenyang.

13. KISAH JAHA
Hamzah al-Maidani bercerita, “Jaha adalah seorang lelaki yang pander.
Di antara ketololannya, yaitu pada suatu hari ia menggali tanah di sebuah
lapang. Lalu lewatlah seseorang dan bertanya, “Apa yang sedang engkau
gali?” jaha menjawab, “Dahulu aku menimbun uang, tetapi tidak tahu
tempatnya.” “Apakah engkau meletakkan tanda pada tempat itu?” Tanya
orange itu lagi. “Ya,” jawab Jaha. “Apa yang kau jadikan tanda?” tanya
orang itu lagi. “Yang aku jadikan tanda adalah mega yang menaungiku pada
saat aku menimbunnya,” jawab Jaha. Mendengar jawabannya, orang itu pun
tertawa, kemudian pergi.
Diantara kekonyolan yang ia lakukan lagi yaitu, pada suatu malam
menjelang pagi dia berjalan melewati gang-gang sempit di dekat rumahnya.
Lalu ia tersandung orang yang terbunuh. Maka ia melemparkan mayat itu ke
dalam sumur di rumahnya. Kejadian itu diketahui oleh ayahnya. Ayahnya
pun mengeluarkan mayat itu dan menguburnya. Kemudian Jaha mencekik
seekor kambing sampai mati, lalu melemparkanya ke dalam sumur. Selang
beberapa waktu, keluarga orang yang terbunuh tadi berkeliling mencari
mayat tersebut. Mereka mencari di setiap sudut jalan di kota Kufah, lalu
mereka bertemu dengan Jaha. Berkatalah Jaha, “Yang terbunuh ada di dalam
sumur rumahku.” Mereka kemudian mendatangi rumah Jaha, lalu menyuruh
Jaha turun ke sumur untuk mengeluarkan mayat itu. Tatkala Jaha turun ke
dalam sumur ia berteriak, “Wahai keluarga orang yang terbunuh! Apakah
yang terbunuh memiliki tanduk?” Maka terpingkal-pingkalah mereka atas
kekonyolan Jaha.
Di antara kekonyolannya lagi yaitu, pada suatu hari Abu Muslim al-
Khaulani mengutus seseorang bernama Yaqthin untuk mengundang Jaha.
Jaha pun memenuhinya. Ketika masuk, Jaha tidak mendapati orang lain
selain Abu Muslim dan Yaqthin. Jaha bertanya, “Wahai Yaqthin! Di antara
kalian berdua mana yang bernama Abu Muslim?”
Ketahui bahwa Jaha dalam bahasa Arab adalah isim gair munsharif (kata
benda yang tidak menerima tanwin) yang diambil dari lafadz Jaahin, seperti
lafaz ‘Umar dan ‘Aamir. Dikatakan Jahaa, Yajhuu, Jahwan.

14. PERUMPAMAAN BAGI ORANG YANG BERFIKIR
Diceritakan bahwa suatu ketika ada seseorang yang lari karena dikejar
harimau, lalu ia terjatuh ke dalam sumur. Harimau itu pun terperosok ke
dalam sumur. Dan ternyata di dalam sumur tersebut ada seekor beruang.
Bertanyalah harimau pada beruang, “Sudah berapa lama kamu berada di
dalam sini?” “Sudah beberapa hari, aku sangat tersiksa karena lapar,” jawab
beruang. Bagaimana kalau kita memakan manusia ini agar kita tidak
kelaparan?” usul macan. “Apabila kita lapar lagi, apa yang akan kita
lakukan? Yang terbaik adalah hendaknya kita berjanji untuk tidak
menyakitinya, agar ia berupaya menyelamatkan kita, karena manusia lebih
bisa berupaya,” jawab beruang. Keduanya sepakat, lalu orang tadi berupaya
menyelamatkan diri dan menyelamatkan kedua binatang tadi, dan ternyata
pemikiran beruang lebih bagus ketimbang pemikiran macan.

15. REKAYASA
Suatu hari ada seseorang yang dikejar kejar macan, lalu ia bersembunyi
di atas sebatang pohon, ternyata di atas pohon ada seekor beruang yang
sedang asyik makan buah-buahan. Tiba-tiba datanglah macan ke bawah
pohon, lalu duduk di bawah pohon itu sambil menunggu orang tersebut
turun. Orang tersebut menoleh ke arah beruang. Beruang memberi isyarat
agar orang tersebut diam agar macan tidak mengetahuinya, sehingga
bingunglah orang tersebut. Orang tadi membawa sebilah belati kecil, lalu ia
memotong ranting yang ditempati si beruang, sehingga jatuhlah si beruang.
Menyadari ada yang jatuh maka macan pun menerkamnya, lalu macan dan
beruang bergulat di atas tanah sampai akhirnya macan mengalahkan beruang
dan memakannya, sementara orang tadi selamat dengan izin Allah.

16. SOMBONG DENGAN NIKMAT
Suatu ketika ada seseorang yang sedang makan ayam panggang, tiba-tiba
berdirilah seorang pengemis di hadapannya. Orang tersebut menolak si
pengemis dan tidak memberinya sesuatu pun. Si pengemis merasa sedih,
padahal orang tersebut adalah orang yang kaya lagi banyak harta. Beberapa
lama setelah kejadian itu, terjadilah peristiwa di antara suami istri itu yang
menyebabkan perceraian mereka. Si istri pun kawin dengan lelaki lain. Pada
suatu hari, saat suami baru istri tersebut sedang makan ayam panggang, tibatiba
datanglah seorang pengemis, lalu ia berkata pada istrinya, “Berikanlah
ayam panggang ini padanya!” Istrinya lalu memberikan ayam pangang itu
pada pengemis tadi sambil mengingat-ingat seolah ia pernah mengenal
pengemis tersebut. Ternyata si pengemis itu adalah mantan suaminya yang
pertama. Kemudian ia menceritakan peristiwa itu kepada suaminya yang
sekarang. Lalu suaminya menjawab, “Demi Allah! Aku adalah pengemis
yang dulu telah ditolaknya. Allah telah memindahkan harta dan istrinya
padaku, karena ia tidak pandai bersyukur.”.

17. SEMUA KEMBALI PADA ASALNYA
Seorang Badui bercerita, “Pada suatu ketika aku bepergian, tatkala
malam datang, kegelapan menyelimutiku sehingga aku tersesat dan akhirnya
aku mendapati sebuah kemah. Di dalam kemah ada seorang wanita yang dari
tadi mengawasiku, lalu wanita itu bertanya, “Siapakah anda?” “Aku seorang
tamu,” jawabku. “Apa yang dilakukan tamu di sini? Sesunguhnya padang
sahara masih luas.” Maka ia menggiling gandum, mengadoninya,
menjadikannya roti, lalu duduk dan memakannya. Ketika dia sedang asyik
makan datanglah suaminya sambil membawa susu. Suaminya bertanya,
“Siapakah lelaki ini?” “Dia seorang tamu,” jawabku. “Selamat datang,
semoga bahagia.” Lalu ia memberiku segelas susu. “Mungkin anda belum
makan?” lanjutnya. “Belum sama sekali, demi Allah!” Maka lelaki itu masuk
menemui istrinya sambil marah-marah, katanya, “Celakalah kamu! Kamu
sendiri enak-enak makan, sedangkan tamu kita tidak diberi makan.” “Apa
yang harus saya lakukan padanya, demi Allah aku tidak mau memberikan
makananku padanya,” jawab istrinya. Lama mereka berdebat sampai
akhirnya si suami melukai kepala istrinya. Kemudian ia keluar menuju unta,
lalu menyembelihnya. Setelah itu ia menyalakan api dan memanggang
dagingnya, lalu menghidangkannya untukku. Ia berkata, “Demi Allah, tamu
yang menginap di rumahku tidak boleh lapar.” Kemudian ia pergi
meninggalkanku, ketika ia kembali ia membawa seekor unta. Orang pasti
akan malu menawarnya, karena unta itu sangat bagus. Dia berkata padaku,
“Ambilah unta ini sebagai ganti untamu!” Dia pun memberiku bekal berupa
roti dan sisa daging unta semalam. Aku terus melanjutkan perjalananku.
Ketika malam tiba aku menginap lagi di perkemahan seorang Badui. Istri
Badui tadi melihatku dan bertanya, “Siapakah anda?” “Aku seorang tamu,”
jawabku. “Selamat datang! Semoga menyenangkan,” katanya dengan ramah
ia menyambutku. Lalu ia mengambil gandum, menggilingnya, mengadoninya,
dan menjadikannya roti. Ia juga menuangkan air susu, mentega, dan
ayam panggang, lalu semuanya dihidangkan padaku. “Makanlah seadanya,
mohon maaf hanya ini yang kami miliki,” katanya basa-basi. Ketika saya
sedang makan datanglah suaminya dan bertanya, “Siapa laki-laki ini?” “Saya
adalah tamu” jawabku. “Apa yang dilakukan seorang tamu disini?”
lanjutnya. Kemudian ia masuk kedalam menemui istrinya, ia bertanya, “Di
mana makananku?” “Saya hidangkan untuk tamu, “jawab istrinya. “Siapa
yang menyuruhmu memberikan makananku pada tamu?” lanjutnya dengan
marah. Lama mereka bertengkar sampai akhirnya sang suami memukul
kepala istrinya hingga luka. Aku pun tertawa, lalu sang suami keluar
menemuiku dan bertanya padaku, “Apa yang membuatmu tertawa?” Lalu
aku menceritakan kejadian sebelumnya yang aku alami kemarin. Sang suami
pun berkata, “Wahai Badui pengelana! Wanita yang kamu temui kemarin
adalah saudara perempuanku, sementara suaminya adalah saudara istriku
ini.” Mendengar penjelasannya, bertambahlah ketakjubanku akan peristiwa
yang aku alami.

18. KISAH ORANG SALEH
Diceritakan bahwa suatu ketika Syaiban al-Jamal, sang penggembala
dilemparkan oleh keluarganya di antara binatang buas supaya dimangsa.
Maka binatang buas tadi memandangi Syaiban dan menciuminya. Ada yang
bertanya, “Apa yang kamu ucapkan ketika kamu dilemparkan di hadapan
binatang itu? Syaiban menjawab, “Aku berfikir tentang pendapat para ahli
fiqih tentang sisa-sisa jilatan binatang buas.”
Diceritakanlah bahwasa ketika ia sedang berangkat untuk beribadah haji
bersama Sufyan Tsauri. Tiba-tiba muncullah seekor binatang buas,
terkejutlah Sufyan, akan tetapi segera Syaiban memegang telinga binatang
tadi dan menggosok-gosoknya. Ternyata binatang tadi jinak terhadap
Syaiban serta menggerak-gerakkan ekornya. Syaiban berkata, “Demi Allah
andaikan aku tidak khawatir terkenal, tentu aku akan meletakkan
selendangku di atasnya hingga sampai di kota Makkah.
Ada yang bercerita bahwa ketika Syaiban sedang menggembala, lewatlah
Imam Syafi’i dan muridnya, yakni Imam Ahmad. Imam Ahmad berkata,
“Sungguh aku akan bertanya pada penggembala ini, aku ingin tahu jawaban
yang diberikannya.” “Jangan menantangnya,” kata Imam Syafi’i. “Saya
harus,” jawab Imam Ahmad. Kemudian Imam Ahmad mendekati Syaiban,
lalu bertanya, “Hai Syaiban! Apa pendapatmu tentang orang yang shalat
empat rakaat, lalu ia lupa, ia hanya melakukannya empat sujud (dua rakaat),
apa yang harus dilakukannya?” “Kamu bertanya tentang madzhabmu atau
madzhabku?” Syaiban balik bertanya. “Apakah ada madzhab yang lain?”
Tanya Imam Ahmad. “Ya,” jawab Syaiban. “Kalau begitu menurut
keduanya,” kata Imam Ahmad meminta. Syaiban pun kemudian memberi
penjelasan, “Kalau menurut madzhabmu, ia harus melaksanakan shalat lagi
dua rakaat, kemudian melakukan sujud syahwi. Sedangkan menurut
madzhabku, hati orang itu harus disiksa agar tidak mengulanginya lagi.”
“Lalu apa pendapatmu tentang orang yang memiliki empat puluh ekor
kambing dan sudah ada satu haul (tahun), apa yang harus dilakukan?” tanya
Imam Ahmad lagi. “Kalau menurut madzhabmu, ia wajib mengeluarkan
zakatnya dengan satu ekor kambing. Sedangkan menurut madzhabku,
seseorang itu tidak memiliki apa-apa di hadapan majikannya,” jawab
Syaiban. Mendengar jawaban Syaiban Imam Ahmad pingsan. Ketika telah
sadar, lalu keduanya pergi meninggalkan Syaiban. Syaiban adalah sufi yang
ummi (tidak bisa baca tulis), kalau keadaan orang ummi saja seperti ini, maka
bagaimana keadaan mereka yang ahli ilmu? Imam Syafi’i dan Abu Hanifah
menyatakan, “Jika seorang ulama itu bukan seorang wali (kekasih Allah)
maka Allah tidak memiliki wali. Di antara doa Syaiban adalah:
“Wahai Dzat Yang Maha Penyayang wahai Dzat Yang Maha
Penyayang, yang menguasai ‘arasy yang Agung. Yang Memulai dan Yang
Mengembalikan, sayang Berbuat menurut apa yang Dia kehendaki. Aku
mohon kepada-Mu, demi kemuliaan-Mu yang tak pernah sirna, demi
kerajaan-Mu yang tak pernah hilang, demi kekuasaan-Mu yang dengan itu
Engkau memberi kekuasaan pada ciptaan-Mu, jagalah aku dari keburukan
orang-orang yang zhalim!”
Disebutkan dalam kitab ar-Risalah bahwasannya di dalam rumah
Abdullah al-Qusyairi terdapat sebuah kamar yang diberi nama ‘kamar
binatang buas’ karena pada waktu tertentu binatang buas masuk ke ruang
tersebut. Maka oleh al-Qusyairi binatang itu diberi makan dan minum, lalu
dibiarkan pergi lagi ke hutan. Sahal, salah seorang sufi kenamaan bercerita,
“Dahulu ketika aku memulai terjun ke dunia sufi aku berwudhu pada hari
Jum’at kemudian ke masjid Jami. Ternyata telah penuh dengan orang. Aku
melakukan sesuatu yang tidak terpuji, yakni melangkah di depan jama’ah
terus ke depan sampai barisan pertama, aku pun duduk. Ketika duduk aku
mendapati seorang pemuda tampan yang berbudi, lalu dia bertanya padaku,
“Bagaimana keadaanmu wahai Sahal?” “Aku dalam keadaan baik, semoga
engkau juga demikian,” jawabku. Aku heran dari mana dia tahu namaku.
Tiba-tiba aku merasa ingin buang air, namun aku takut melewati jamaah,
maka aku bingung antara melewati para jama’ah untuk keluar atau bertahan.
Padahal aku sudah tidak bisa menahan. Pemuda itu kemudian menoleh ke
arahku dan bertanya, “Apakah kamu merasa ingin buang air hai Sahal?”,
“Ya!” jawabku. Lalu pemuda itu melepas kainnya dari pinggangnya untuk
menutupiku, lalu berkata, “Berdirilah, tunaikan keinginanmu, lalu segera
menyusul shalat!” Mendengar itu aku pingsan, ketika tersadar ternyata aku
berada di depan pintu yang terbuka dan penjaganya berkata, “Masuklah
Sahal, silakan buang hajat!” Aku pun masuk, dan ternyata tempat itu adalah
rumah yang besar dan ada kebun kurmanya. Di sekitarnya terdapat peralatan
bersuci, siwak, handuk, dan ruang istirahat, Lalu aku pun melepas pakaianku,
buang hajat, berwudlu, dan menggunakan handuk. Tiba-tiba terdengarlah
suara, “Wahai Sahal, apakah kamu sudah selesai melaksanakan hajatmu?”
“Ya,”jawabku. Lalu kain penutup tadi diangkat, ternyata aku masih di
tempatku semula dan tak seorang pun yang tahu. Maka semakin bertambah
bingunglah pikiranku, antara percaya dan tidak. Setelah selesai shalat, aku
mengikuti pemuda tadi, untuk mengetahuinya. Ternyata ia memasuki sebuah
ruangan di mana aku melaksanakan buang air. Ia menoleh ke arahku dan
berkata, “Kamu orang yang jujur, wahai Sahal. “Ya,” jawabku. Lalu aku
menggisik mataku dan membukanya, tetapi aku tidak melihat jejaknya sama
sekali, siapakah dia sebenarnya? Allah Yang Lebih Tahu.

19. ANUGERAH ALLAH ATAS IBADAH YANG SEDIKIT
Sesungguhnya Abdullah bin Jad’an pada mulanya adalah seorang yang
fakir, buruk tingkah lakunya, pendusta, dan sering berkelahi, sehingga
membuat marah orang tua dan teman-temannya, lalu mereka mengusirnya
dan bersumpah tidak mau menerimanya kembali. Ia berjalan di lereng
perbukitan di Makkah dalam keadaan bingung dan susah, dia berharap segera
mati. Ia terus-menerus berjalan sampai suatu ketika ia mendapati bongkahan
tanah yang luas, lalu ia masuk ke dalamnya. Ia berharap di dalamnya ada ular
besar atau sesuatu yang membunuhnya agar terbebas dari kehidupan. Di situ
ia melihat naga jantan yang besar, kedua matanya bersinar seperti lampu,
naga tadi menuju ke arahnya. Maka ia pun mundur dan berlari. Ular itu
kembali lagi, ia pun kembali lagi masuk. Lalu naga tadi juga melihatnya lagi,
tetapi sekarang ia tidak takut, ia hadang ular itu, lalu memukulnya. Ternyata
naga tersebut terbuat dari perak dan matanya dari berlian yaqut. Kemudian ia
memecahkan naga tersebut, lalu mencongkel matanya. Ternyata di baliknya
ada banyak ruang seperti sebuah rumah, ia memasuki. Di dalamnya terdapat
sesosok yang besar dan panjang. Di bagian atas terdapat lempengan perak,
yang disitu tertulis sejarahnya. Dan sesungguhnya mereka itu orang-orang
tersebut dari kerajaan jurhum. Ia melangkah maju lagi, dan di tengah tengah
ruangan ia melihat tumpukan intan yaqut, lu’lu’, zabarjud, dan emas yang
sangat banyak. Kemudian ia mengambil sedapatnya, lalu menutup pintunya
dan memberi tanda. Kemudian mengirimkan sebagian dari yang didapatinya
pada orang tuanya, supaya mendapat ridhaanya. Datanglah teman-temanya,
lalu ia memimpin teman-temanya, memberi makan, dan berbuat baik pada
yang membutuhkan dari harta karun tersebut. Sampai-sampai Nabi saw.
bersabda, “Ingin rasanya aku berteduh dari terik matahari di tempat Abdullah
bin Jad’an.” “Apakah hal itu bermanfaat baginya?” tanya Aisyah. “Tidak,”
jawab Nabi saw., karena dia tidak pernah mengatakan, “Ya Allah!
Ampunkanlah kesalahanku di hari pembalasan.” Wallahu A’lam

20. PENGAWASAN RAJA PADA BAWAHANYA
Az-Zuhri bercerita, “Pada suatu hari aku mendatangi Abdul Malik bin
Marwan, lalu dia bertanya padaku, “Dari mana kamu datang?” tanyanya.
“Aku dari Makkah,” jawabku. “Lalu siapa yang menggantikanmu memimpin
makkah?” lanjutnya, “Atha’ bin Ribah,” jawabku. “Berasal dari keturunan
Arab atau jelata?” tanyanya lagi, “Dari jelata,” jawabku. “Dengan
berdasarkan apa dia bisa melebihi orang Arab?” “Berdasarkan keagamaanya,
dan sifat amanahnya.” Imam az-Zuhri mengatakan bahwa orang yang
memiliki kapasitas keagamaan dan bisa dipercaya-lah yang pantas jadi
pemimpin manusia. Lalu siapa yang memimpin propinsi Yaman?” tanya
Abdul Malik lagi. “Thawus bin Kisan,” jawabku. Kemudian ia juga
menanyakan apakah berasal dari keturunan Arab atau jelata dan seterusnya,
dan jawabanku seperti yang pertama. Ia bertanya lagi, “Siapa yang
memimpin tanah Mesir?” “Yazid bin Habib,” jawabku. Ia juga menanyakan
seperti yang sebelumnya dan aku juga memberikan jawaban yang sama. Ia
bertanya lagi, “Siapa yang memimpin propinsi Jazirah?” “Maimun bin
Miahran”, jawabku. Pertanyaan selanjutnya dan jawabanku sama dengan
yang sebelumnya. Lalu ia bertanya lagi, “Siapa yang memimpin propinsi
Syam?” “Makhul Addimasqa,” jawabku. “Siapa yang memimpin Khurasan?”
tanyanya. “Dhahak bin Muzaham,” jawabku. “Siapa yang memimpin
Basrah?” tanyanya. “Hasan bin Abil Hasan,” jawabku. “Siapa yang
memimpin Kufah?” “Ibrahim an-Nakha’i,” jawabku. Ia mengajukan
pertanyaan lagi seperti yang pertama dan aku jawab, “Dia berasal dari
keturunan Arab.” “Celakalah kamu wahai Zuhri kamu telah menentangku.
Demi Allah, keturunan jelata seperti Zuhri akan menjadi pemimpin bagi
orang Arab, hingga mereka memberikan khutbah di atas mimbar, sementara
orang Arab di bawahnya.” Aku pun menjawab, “Wahai amirul mukminin!
Itu semua adalah perintah Allah, hak Allah, dan agama Allah. Barangsiapa
menjaganya, maka ia pantas menjadi pemimpin; dan barangsiapa menyianyiakanya,
maka ia akan dijatuhkan. Allahlah Yang Maha Bijaksana lagi
Maha Waspada.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar