Kamis, 01 Juli 2010

KEAJAIBAN IMAN 2

1. ZUHUD
Sebagian ahli zuhud bercerita, “Pada suatu hari aku pergi untuk
menunaikan ibadah haji. Di perjalanan aku melihat seorang wanita yang
berjalan tanpa membawa bekal dan kendaraan, dan ia terus-menerus
berdzikir serta memuji Allah Swt.. Lalu aku mendekati dan bertanya
padanya, “Mau kemana engkau?” “Aku mau ke baitullah, masjidil haram”,
jawabnya. Aku bertanya, “Aku lihat engkau tidak membawa bekal dan
kendaraan?” Maka ia balik bertanya, “Jika salah seorang di antara kamu
menyediakan hidangan, kemudian mengundang orang banyak, maka
pantaskah orang-orang yang diundang itu membawa makananya sendirisendiri?”
“Tidak”, jawabku. “Tamu-tamu Allah lebih berhak memperoleh
jamuan ini,” lanjutnya. Kemudian wanita tadi berangkat bersamaku menuju
Baitullah. Ketika sampai di tanah Batha ia bertanya, “Di mana rumah
Tuhanku? Di mana rumah Tuhanku?” Maka dikatakan padanya, “Sekarang
lihatlah, inilah rumah Tuhanmu.” Lalu wanita tadi masuk ke dalam masjid
dan dikatakana lagi padanya, “Inilah rumah Tuhanmu.” kemudian wanita tadi
meletakkan kepalanya di dekat Ka’bah sambil bergumam, “Ini rumah
Tuhanku, ini rumah Tuhanku.” Dia terus mengulang-ulang kata-kata itu
sampai suaranya tidak terdengar lagi. Lalu aku melihatnya, ternyata ia sudah
mati.

2. KEUTAMAAN CINTA YANG TULUS
Pada zaman Rasulullah saw., ada seorang perempuan yang datang ke
masjid Nabawi untuk mendengarkan sabda beliau. Tiba-tiba seorang pemuda
menemuinya dan bercakap-cakap dengannya. Pemuda bertanya, “Hendak
pergi kemana engkau?” “Aku hendak ke tempat Rasulullah saw.,” jawab si
perempuan. “Aapakah kamu mencintai Rasulullah?” tanya pemuda. “Ya,”
jawabnya. Pemuda itu berkata lagi, “Atas nama Rasul, angkatlah penutup
wajahmu!” Kemudian perempuan tadi mengangkat penutup wajahnya, lalu si
pemuda menyentuh dagunya dan berkata, “Kamu benar.” Si perempuan
sangat menyesal atas kejadian yang tidak semestihya itu. Kemudian ia
ceritakan kejadian itu pada suaminya, lalu suaminya mendatangi Rasulullah
saw. dan menceritakan pada beliau perihal kejadian yang dialami istrinya itu.
Nabi saw. berkata pada suami perempuan itu, “Nyalakanlah api, lalu
perintahkan pada istrimu agar masuk ke dalam api, demi kebenaran
Rasulullah saw.. Lalu si suami melaksanakanya dan menyuruh istrinya
masuk kedalam api, namun ia tidak mau. Kemudian sang suami
menyuruhnya dengan berkata “Demi kebenaran Rasulullah, masuklah
kedalam api.” Maka sambil mengucapkan “Keselamatan dan kemuliaan” ia
melompatlah ke dalam api. Kemudian suaminya menutup lubang tungku
pembakaran, lalu ia menghadap Nabi saw. dan menceritakan apa yang telah
terjadi. Nabi saw. memerintahkan, “Pulang dan lihatlah keadaan istrimu!”
Sang suami segera pulang ke rumahnya untuk melihat keadaan istrinya,
ternyata istrinya masih hidup dan duduk di tengah tengah api, ia hanya
berkeringat. Lalu sang suami mengeluarkanya dari api dalam keadaan
selamat tanpa sedikitpun luka terkena api, dengan izin Allah.

3. KESENANGAN MENYEBABKAN LUPA
Diceritakan ada seorang yang diam selama tiga puluh tahun tanpa
berdzikir dan beribadah kepada Allah. Kemudian malaikat melapor dan
berkata, “Tuhan, sesungguhnya hamba-Mu, si fulan tidak pernah berdzikir
semenjak tiga puluh tahun yang lalu hingga sekarang.” Allah berfirman
kepada malaikat, “Hamba-Ku, si fulan tidak mengingat-Ku karena ia terlena
dengan kenikmatan yang Aku berikan; apabila ia mengalami kesusahan dan
kesulitan tentu ia akan ingat pada-Ku.” Lalu Allah menyuruh malaikat Jibril
agar masuk ke dalam tubuh si fulan. Malakat pun melaksanakan perintah
Allah, lalu berdiam dalam otot-otot si fulan sehingga ia merasakan sakit.
Maka ia mengucapkan, “Oh Tuhan, oh Tuhan!” Lalu Allah Menjawab,
“Kusambut engkau, Kusambut engkau! Hai hamba-Ku, dimana kamu selama
tiga puluh tahun tidak ingat pada-Ku?”

4. BERLINDUNG PADA ALLAH
Sekelompok pasukan Harun al-Rasyid menceritakan bahwa mereka telah
menangkap sepuluh penyamun jalanan. Salah seorang bertanya, “Apa yang
harus saya lakukan pada mereka?” Kemudian Harun al-Rasyid memerintahkan
pasukan tadi agar membawa para penyamun itu ke hadapannya. Mereka
pun segera membawa para penyamun tersebut ke hadapan khalifah. Di
perjalanan, salah seorang penyamun lepas, dan pasukan tadi mengalami
kesulitan untuk menangkapnya kembali. Pemimpin pasukan berkata, “Kalau
kita menghadap khalifah dengan hanya membawa sembilan orang, maka
khalifah akan menyangka kita telah menerima suap untuk melepaskanya dan
kita akan dihukum. Karena itu tinggalkanlah aku, biar aku sendiri yang
menangkap penyamun yang lari tadi sampai di tempat tinggalnya,” Ketika
mereka sedang berembuk, tiba-tiba lewatlah seseorang yang akan pergi
beribadah haji, maka ditangkaplah orang itu sebagai pelengkap kesepuluh.
Ketika para penyamun itu dihadapkan pada khalifah, khalifah menyuruh agar
mereka dipenjara, maka tinggallah para penyamun itu di dalam penjara untuk
beberapa waktu. Lalu sipir penjara bertanya, “Apakah kalian memiliki
kerabat atau kenalan yang bisa meminta kebebasan kalian dari khalifah?”
“Ya, ada,” jawab mereka. Lalu mereka menyuruh kenalan-kenalan mereka
agar memberikan uang jaminan sepuluh ribu dirham pada khalifah. Maka
para penyamun itu pun dibebaskan, dan tinggallah orang yang akan
berangkat haji itu sendirian. Bertanyalah sipir penjara, “Apakah kamu
memiliki kenalan atau kerabat yang akan membantumu?” “Tidak, tetapi bila
aku menulis surat, maukah kamu memberikanya pada khalifah?” “Ya, akan
kusampaikan”, jawab sipir menyanggupi. “Bawakan aku kertas dan tinta!”
pinta orang tersebut. Maka sipir pun membawakanya. Lalu orang tadi
menulis:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.
Dari hamba yang hina ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi,
amma ba’du…
Sesungguhnya semua manusia bagi semua orang ada para pembela yang
menolongnya dalam urusan tindak pidana. Mereka semua telah memohon
pada khalifah, lalu mereka semua dibebaskan. Sekarang tinggalah aku
sendiri di dalam penjara, dan engkaulah yang menjadi penolong dan saksi
bahwa aku tidak bersalah.”
Sipir berkata, “Aku tidak sanggup menyampaikan surat ini pada khalifah,
karena itu pikirkanlah, dimana aku harus meletakkannya?” “Letakkan saja di
atas atap penjara!” jawab orang tersebut. Ketika diletakkan di atas atap,
tulisan tadi melesat cepat ke arah langit seperti anak panah lepas dari
busurnya. Pada malam itu juga khalifah Harun al-Rasyid bermimpi, para
malaikat turun dari langit mendatanginya lalu membawanya ke angkasa. Para
malaikat berkata, “Wahai. Harun al-Rasyid, sesungguhnya para penyamun itu
memiliki orang yang bisa menolongnya keluar dari penjara, dan sekarang
Allah meminta bantuanmu agar kamu melepaskan satu orang yang masih
tersisa dalam penjara, kalau tidak kamu akan mati.” Lalu khalifah terbangun
dari tidurnya dalam keadaan takut, lalu memanggil sipir penjara dan
bertanya, “Siapa yang ada di dalam penjara?” Maka sipir penjara
menceritakan kisahnya, “Bawalah ia ke hadapanku” perintah khalifah. Ketika
orang tersebut dihadapkan pada, khalifah, ia diberi hidangan, maka ia pun
melahap hidangan itu sampai kenyang, lalu disuruhnya mandi, diberinya
pakaian yang indah-indah, tujuh puluh kuda, tujuh puluh pembantu dan tujuh
puluh jariyah (hamba sahaya wanita yang cantik). Kemudian khalifah
menyuruh seseorang untuk mengumumkan, “Barangsiapa meminta tolong
kepada makhluk, maka ia harus membayar sepuluh ribu dirham untuk bisa
selamat; tetapi barangsiapa meminta tolong kepada Sang Pencipta, maka
seperti inilah balasanya dari Harun al-Rasyid.”

5. HUSNUZHAN (BAIK SANGKA)
Diceritakan bahwa ada serombolan pencuri yang hendak merampok
rombongan pedagang yang lewat. Ketika malam telah gelap, mereka
mendatangi sebuah gubug di suatu hutan, kemudian mereka mengetuk pintu
gubug tersebut sambil mengatakan pada penghuninya, “Kami adalah
rombongan jihad, dan malam ini kami ingin ikut menginap di gubugmu.”
Penghuni gubung pun membuka pintu, lalu rombongan itu masuk, dan
penghuni gubug melayani mereka dengan baik. Hal itu dilakukan penghuni
gubug semata-mata karena taqarub (ingin mendekatkan diri kepada Allah)
dan tabarruk (ingin mendapatkan berkah dari Allah). Penghuni gubug itu
mempunyai seorang anak laki-laki yang lumpuh tidak bisa berdiri. Setelah
penghuni gugug selesai menjamu rombongan pencuri yang dikira sebagai
tamu kehormatan, ia membereskan sisa jamuan dan sisa air ke belakang dan
berkata pada istrinya, “Basuhlah anggota badan anak kita dengan air ini,
siapa tahu ia akan sembuh dengan sebab keberkahan orang-orang yang akan
berjuang di jalan Allah ini.” Si istri pun melaksanakan perintah suaminya.
Besok paginya para pencuri itu keluar menuju suatu tempat, dan petang
harinya mereka datang kembali ke gubug tersebut dengan membawa harta
benda yang banyak. Ketika mereka masuk, mereka heran melihat anak yang
kemarin lumpuh sekarang sudah bisa berjalan tegak, maka mereka bertanya
pada penghuni gubug, “Apakah ini anak yang kemarin kami lihat dalam
keadaan lumpuh?” “Ya”, kemarin aku mengambil sisa makanan dan air
bekas kalian, lalu aku membasuhkanya pada anakku, sehingga Allah
memberinya kesembuhan dengan keberkahan kalian”, jawab penghuni
gubug. Mendengar jawaban si penghuni gubug, seketika mereka semua
menangis dan berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya kami bukanlah
rombongan jihad, tetapi kami ini perampok yang hendak pergi untuk
membegal di suatu jalan. Tetapi Allah telah menyembuhkan anakmu karena
keikhlasan niatmu dan baiknya sangkaanmu pada kami. Oleh karena itu,
sekarang kami semua bertaubat.” Maka bertaubatlah para perampok tersebut,
dan sejak itu mereka selalu berjihad menegakkan agama Allah sampai
meninggal dunia.

6. TIPU DAYA IBLIS
Suatu hari iblis la’natullah ‘alih mendatangi Dhahak bin Ulwan dalam
bentuk manusia, lalu berkata, “Wahai raja, aku adalah orang yang jago
masak makanan yang lezat-lezat, maka jadikanlah aku sebagai juru
masakmu.” Dhahak merangkul iblis dan menjadikan dia sebagai juru
masaknya. Sebelum ini orang-orang tidak pernah makan daging. Dan yang
pertama kali dimasak oleh iblis adalah telur, lalu sang raja pun mencobanya
dan mengagumi rasanya. Iblis berkata, “Maukah tuan saya masakkan sesuatu
yang mengeluarkan telur ini?” “Ya”, jawab Dhahak. Keesokan harinya iblis
menyembelih ayam, lalu memasaknya, dan menghidangkanya pada raja.
Setelah dicoba, raja pun mengagumi rasanya. Hari ketiga, iblis menyembelih
kambing, hari keempat menyembelih unta dan sapi. Tujuan Iblis melakukan
semua itu adalah untuk membinasakan manusia keturunan Adam. Karena
terlalu banyak makan daging, raja pun lemah, lalu iblis berkata
“Sesungguhnya tuan telah memuliakan dan menghormati aku, maka izinkan
aku mencium bahu tuan! Dhahak pun mengizinkanya, kemudian iblis
mendekat dan mencium kedua pundaknya. Dari bekas ciuman iblis tadi
muncullah dua buah kutil yang keadaanya mirip ular, memiliki mulut dan
mata. Ketika Dhahak melihat hal itu, tahulah dia bahwa orang yang
menyamar sebagai juru masak itu adalah iblis. Lalu ia berkata, “Kamu mau
mencoba membinasakan aku? Hai laknat, apa obat penawarnya?” Iblis
menjawab, “Obat penawarnya adalah otak manusia.” Lalu iblis pergi. Maka
Dhahak setiap hari memerintahkan wazirnya agar membeli empat orang lakilaki
yang gemuk dan sehat untuk diambil otaknya sebagai santapan kutilnya.
Demikian hal itu dilakukan Dhahak selama tiga ratus tahun sampai wazirnya
meninggal dunia. Lalu Dhahak memerintahkan wazir yang lain, kemudian
sang wazir menangkap empat orang. Maka ia sembelih dua orang dan
diambil otak lalu dicampur dengan otak kambing sebagai makanan kutilnya.
Sang wazir menyuruh yang dua orang lagi untuk pergi ke puncak gunung.
Kemudian kedua orang itu bermukim di sana selama tujuh ratus tahun
sampai memiliki keturunan yang banyak, sedang mata pencaharian mereka
adalah berternak kambing, sapi dan lainnya dan merekalah yang disebut suku
al-Akrad.

7. KEUTAMAAN BASMALAH (II)
Ada seorang lelaki Yahudi yang jatuh cinta kepada seorang wanita
Yahudi. Karena sangat cintanya, pemuda itu seperti orang gila; makan tak
enak dan minum pun tak enak. Lalu datanglah ia kepada Atha’ al-Akbar
untuk menanyakan keadaanya. Kemudian Syeikh Atha’ menulis Basmalah
pada selembar kertas lalu berkata, “Telanlah ini! Mudah-mudahan Allah
memberimu kesembuhan dan menyatukan kamu dengannya.” Ketika pemuda
itu telah menelan kertas tersebut, ia berkata, “Wahai Syeikh Atha’ aku telah
merasakan manisnya iman, hatiku telah bersinar, dan aku telah lupa kepada
wanita itu. Sampaikan padaku tentang Islam!” Lalu Syaikh Atha pun
menyampaikan padanya ajaran Islam, maka pemuda Yahudi itu masuk Islam
karena berkah basmalah. Ketika wanita Yahudi mendengar bahwa pemuda
yang jatuh cinta padanya itu telah masuk Islam, maka ia mendatangi Syeikh
Atha’ dan berkata, “Wahai pembimbing orang muslim, aku adalah wanita
yang diceritakan oleh pemuda Yahudi yang telah masuk Islam itu.
Sesunguhnya tadi malam aku bermimpi ada seseorang yang datang dan
mengatakan, ‘Jika kamu ingin mengetahui tempat tinggalmu di surga maka
datangilah Atha’ karena ia akan menunjukkannya.’ Sekarang aku telah
datang padamu, katakan di mana surga itu?” Atha’ berkata padanya, “Jika
kamu ingin surga, pertama kali kamu harus membuka pintunya, setelah itu
barulah kamu memasukinya.” “Bagaimana caranya aku membuka pintunya?”
tanya si wanita. Atha’ menjawab, “Ucapkanlah Bismillaahir-rahmaanirrahiim.”
Maka wanita itupun mengucapkannnya, lalu ia berkata, “Wahai
Atha’, aku telah menemukan cahaya dalam hatiku, aku juga bisa melihat
kerajaan Allah, sampaikanlah padaku tentang Islam!” Atha’ pun menyampaikan
padanya ajaran Islam, lalu ia masuk Islam dengan berkah Basmalah.
Setealh itu, si wanita pulang ke rumahnya, lalu tidur. Dalam tidurnya, ia
bermimpi bahwa ia telah memasuki surga, melihat istana-istanya dan juga
kubah-kubahnya. Di antara kubahnya ada yang bertuliskan: “Dengan Nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tiada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah.” Ia pun membaca tulisan tersebut.
Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya, “Wahai wanita yang membaca
tulisan di kubah, demikianlah Allah telah memberimu semua apa yang kamu
baca.” Lalu ia terbangun dan bergumam, “Oh Tuhanku, aku sudah berada
dalam surga, tapi Engkau mengeluarkan aku darinya. Ya Allah, keluarkanlah
aku dari kegundahan dunia dengan kekuasaan-Mu!” Selesai berdoa
demikian, tiba-tiba rumahnya ambruk dan ia mati syahid tertimbun di bawah
reruntuhan rumahnya karena berkah Bismillaahir-rahmaanir-rahiim, dan Alhamdu
lillaahi Rabbil ‘aalamiin.

8. TABAH MELAKSANAKAN TAAT
Seorang yang shalih bercerita, “Ketika aku sedang berthawaf di Baitullah
aku mendapati seorang laki laki yang sedang sujud. Dalam sujudnya ia
berkata, “Ya Tuhanku, apa yang telah Engkau lakukan mengenai urusan
hamba-Mu yang terhalang ini?” Ketika aku melewatinya lagi, dia masih
mengucapkan kata-kata itu. Setelah aku menyelesaikan thawaf, dan ia telah
menyelesaikan sujudnya, aku menghampirinya dan bertanya tentang
ucapanya itu. Dia menjawab, “Ketahuilah, dulu aku dan pasukanku pernah
menyerang dan menggegerkan negeri Rum. Komandan pasukan kami
mengumpulkan seluruh pasukan lalu membawanya ke Rum, lalu dia memilih
sepuluh orang prajurit berkuda termasuk aku untuk dijadikan mata-mata.
Lalu kami memasuki suatu hutan, dan di sana kami mendapati sekitar enam
puluh tentara kafir. Sedagkan di arah yang lain kami mendapati sekitar enam
ratus tentara kafir. Kemudian kami pulang melapor pada komandan kami.
Setelah itu komandan mengirim pasukan muslimin untuk menyerang dan
menangkap pasukan kafir tadi. Komandan berkata, “Kalian semua orang
yang diberkahi, besok kalian pergilah lagi untuk melaksanakan tugas sebagai
mata-mata!” Ketika malam sudah gelap, seperti biasa kami melaksanakan
tugas kami sebagai mata-mata. Saat menjalankan tugas itu kami bertemu
dengan seribu pasukan kafir, lalu mereka menangkap dan menawan kami.
Kami di bawa ke hadapan raja Rum, kemudian raja memerintahkan agar
kami dipenjara.
Suatu ketika sampailah kabar kepada raja, bahwa pasukan kaum
muslimin telah membunuh para tawanan mereka yakni orang-orang Rum,
dan di antara para tawanan itu ada saudara sepupu raja Rum. Dikarenakan hal
itu, raja merasa sedih yang amat dalam. Sehingga ia memerintahkan untuk
menyiksa kami. Lalu mereka menutup mata kami. Orang yang berdiri di
samping raja berkata, “Sesungguhnya penyiksaan dengan menutup mata
terlalu ringan bagi mereka. Buka saja mata mereka agar mereka melihat
penyiksaan mereka satu sama lain. Yang demikian itu tentu lebih
menyakitkan bagi mereka. Lalu mereka membuka mata kami, aku melihat
orang yang berdiri disisi raja itu mengenakan pakaian sutra yang di hiasi
emas, dia adalah orang muslim diantara kami yang murtad lalu berpihak pada
orang kafir. Karena sakit yang kurasakan aku tidak kuasa berbicara
dengannya. Lalu aku tengadahkan wajahku ke atas, tiba-tiba aku melihat
sepuluh bidadari yang masing-masing membawa nampan dan sapu tangan, di
atas bidadari terdapat sepuluh pintu di langit yang terbuka. Maka mulailah
algojo membunuh kami satu persatu. Ketika algojo membunuh salah seorang
dari kami, turunlah satu bidadari mengambil ruhnya, membungkusnya
dengan sapu tangan kemudian diletakkan diatas nampan lalu dibawa masuk
ke salah satu pintu yang ada di langit itu. Aku adalah orang terakhir yang
akan dibunuh, ketika tiba giliranku, mendekatlah bidadari itu untuk
mengambil ruhku seperti yang telah dilakukan kawan-kawannya. Akan tetapi
saat algojo akan mengayunkan pedangnya, tiba-tiba orang yang ada di
samping raja tadi berkata, “Wahai tuan raja, kalau tuan membunuh
semuanya, lalu siapa yang akan memberitahu tentang kematian mereka pada
pasukan kaum muslimin? “Lepaskanlah orang ini, agar ia memberitahukan
pada orang-orang Islam!” Maka sang raja pun tidak jadi membunuh aku.
Dalam pada itu, berpalinglah bidadari tadi sambil berkata, “Kamu orang
yang terhalang, kamu orang yang terhalang.” Karena itulah aku bersimpuh
disini dan berdoa, “Ya Tuhan, apa yang telah Engkau lakukan mengenai
orang yang terhalang ini?” Tuhan menjawab, “Jangan putus asa! Anugrah
Allah itu sangat luas.”

9. AKIBAT TIDAK MERASA PUAS
Dahulu ada seseorang yang memiliki kebun anggur dan tanam-tanaman
yang luas. Suatu hari ia diberitahu bahwa musim dingin yang mengakibatkan
tanaman anggur menjadi rusak. Lalu datanglah iblis menggoda si pemilik
kebun, “Apakah kamu akan tetap menyembah dan berbakti pada Allah,
padahal Allah akan merusak kebun anggur dan tanamanmu?” Maka marahlah
dia, lalu melemparkan kunci ke arah langit sambil berteriak, “Kamu telah
merusak tanamanku, maka ambillah kunci ini!” Maka beberapa saat
terbanglah kunci itu diangkasa, kemudian kembali lagi padanya dan melilit
lehernya dalam bentuk ular hitam. Ular itu tersu melilit lehernya selama
empat puluh hari sehingga ia mati. Ketika ia akan dimandikan, maka ular tadi
menghilang, dan ketika akan dikubur, ular itu pun kembali.

10. MENJAGA DIRI
Pada suatu hari Yazid bin Mu’awiyah melihat seorang wanita cantik di
pagar, ia terpesona dan jatuh cinta pada wanita itu, wanita itu adalah istri
Adiy bin Hatim, dia memang memiliki kecantikan yang sempurna, namanya
Ummu Khalid. Disebabkan rasa cintanya pada wanita itu, sampai-sampai
Yazid jatuh sakit. Ia terus-menerus berada di atas pembaringan, maka orangorang
berdatangan menjenguknya, tanpa mengetahui penyakit apa
sebenarnya yang diderita Yazid, sementara Yazid pun tidak membuka
rahasianya. Tiba-tiba Amr bin Ash berkata, “Sakitnya ini tidak akan sembuh
kecuali melalui ibunya, maka biarkan ia berdua saja dengan ibunya, agar
ibunya sendiri yang menanyakan keadaan sakitnya.” Maka orang-orang pun
meminta agar ibu Yazid berbicara empat mata dengan anaknya untuk
menanyakan keadaanya, dan si ibupun bersedia. Si ibu terus-menerus
menanyai Yazid sampai ia mau membuka rahasianya. Ketika Yazid telah
menceritakan rahasianya, maka oleh ibunya diceritakanlah perihal anaknya
pada ayah Yazid yakni Mu’awiyah. Lalu Mu’awiyah berkata pada Amr bin
Ash, “Bagaimana caranya agar Yazid sembuh?” Amr bin Ash berkata,
“Kirimlah suami wanita itu harta dan hadiah agar ia mau datang dari
Madinah ke Damaskus.” Mu’awiyah segera melaksanakan apa yang
disarankan Amr bin Ash, sehingga suami wanita itu yakni Adiy bin Hatim
berkenan datang ke Damaskus. Ketika Adiy menghadap Mu’awiyah, maka
Mu’awiyah memberinya hadiah dan harta benda. Setelah Adiy bin Hatim
keluar dari istana, Mu’awiyah bertanya lagi pada Amr bin Ash, “Bagaimana
langkah selanjutnya?” Amr bin Ash menjawab, “Apabila ia datang lagi besok
tanyalah, ‘Apakah kamu mempunyai istri?’ Apabila ia menjawab ‘Ya’, maka
tamparlah wajahmu dan jangan berkata-kata lagi.” Keesokan harinya Adiy
bin Hatim menghadap lagi pada Mu’awiyah. Maka Mu’awiyah pun
melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Amr bin Ash kemarin. Kemudian
Adiy keluar, tatkala ia keluar dari istana, ia bertemu dengan Amr bin Ash.
Adiy menanyakan pada Amr bin Ash tentang apa yang dilakukan Khalifah.
Amr bin Ash menjelaskan bahwa Khalifah Mu’awiyah sedang susah, Amr
bin Ash berkata, “Wahai Adiy, sesungguhnya Khalifah ingin menikahkanmu
dengan putrinya dan memberimu harta yang banyak, tetapi seperti yang
kamu tahu bahwa anak raja tidak boleh dimadu. “Lalu aku harus
bagaimana?” tanya Adiy. Amr bin Ash menjawab, “Apabila besok kamu
menghadap khalifah lagi dan ia menanyakan hal yang sama padamu, maka
katakan padanya bahwa kamu tidak mempunyai istri.” Esoknya, ketika Adiy
menghadap, Mu’awiyah bertanya, “Apakah kamu punya istri?” “Tidak”
jawab Adiy. Mu’awiyah meminta lagi, “Katakana, ‘Apabila aku memiliki
istri, maka istriku tersebut tertalak ba’in’.” Adiy pun mengatakan seperti
yang diperintahkan Mu’awiyah. Lalu Mu’awiyah berkata pada sekretarisnya,
“Catatlah apa yang dikatakan Adiy!” Maka iapun mencatatnya. Setelah
Ummu Khalid menyelesaikan mesa iddahnya, Mu’awiyah menemui Abu
Hurairah dan memberinya hadiah harta yang banyak, dan Mu’awiyah
mengutus Abu Hurairah agar datang ke Madinah untuk melamar Ummu
Khalid. Ketika Abu Hurairah memasuki kota Madinah, ia bertemu dengan
Abdullah bin Umar. Abdullah bin Umar bertanya tentang maksud
kedatangannya ke Madinah, dan ia pun menceritakanya. Lalu Abdullah
berkata, “Maukah engkau menyebutku di hadapan wanita itu?” “Ya”, jawab
Abu Hurairah. Lalu Abu Hurairah bertemu dengan Abdullah bin Zubair, ia
bertanya pada Abu Hurairah tentang maksud kedatangannya ke Madinah,
dan Abu Hurairah pun menceritakanya. Lalu Abdullah berkata, “Maukah
engkau menyebutku di hadapan wanita itu?” “Ya”, jawab Abu Hurairah.
Kemudian Abu Hurairah bertemu dengan Husain bin Ali, dan ia pun
menanyakan dan mengatakan seperti yang dikatakan Abdullah bin Umar.
Ketika Abu Hurairah memasuki rumah Ummu Khalid, ia mengatakan bahwa
suaminya telah pasti menceraikanya, dan bahwasanya Mu’awiyah mengutus
dirinya untuk melamar Ummu Khalid untuk putranya, yaitu Yazid. Abu
Hurairah berkata pada Ummu Khalid, “Sesungguhnya yang melamarmu
bukan hanya Yazid akan tetapi Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair dan
Husain bin Ali juga melamarmu.” “Ceritakan padaku mengenai keadaan
mereka!” kata Ummu khalid. Lalu Abu hurairah bercerita, “Yang satu,
berharta tapi agamanya kurang, yaitu Yazid bin Mu’awiyah; yang dua orang,
berharta dan agamanya kuat mereka adalah Abdullah bin Umar dan Abdullah
bin Zubair; dn yang satunya lagi, agamanya kuat tapi tak berharta dialah
Husain bin Ali.” “Nikahkanlah aku dengan yang kamu kehendaki”, jawab
Ummu Khalid. “Semua terserah padamu”, sahut Abu Hurairah menimpali.
Ummu Khalid berkata, “Jikalau kamu tidak datang padaku, tentu aku akan
mengutus seseorang untuk bermusyawarah denganmu, tapi bagaimana, kamu
sendiri telah diutus.” Abu Hurairah berkata, “Baiklah kalau begitu, demi
Allah aku akan mengajukan orang yang pernah dicium Rasulullah saw., yaitu
Husain.” Lalu Abu Hurairah menikahkan Ummu Khalid dengan Husain bin
Ali dan hadiah harta benda dari Mu’awiyah ia berikan pada Husain bin Ali.
Kemudian Abu Hurairah pulang ke hadapan Mu’awiyah dan menceritakan
kisahnya. “Kamu telah menggunakan hartaku untuk orang, lain”, kata
Mu’awiyah. “Sesungguhnya kamu tidak mewarisinya dari leluhurmu, tetapi
sebenarnya itu harta Allah dan Rasul-Nya, karenanya aku telah memberikannya
kepada keturunanya”, jawab Abu Hurairah.
Ketika Adiy bin Hatim gagal mempersunting putri Khalifah Mu’aiyah,
maka ia kembali ke Madinah dan mendampingi Husain bin Ali. Sambil
menarik nafas panjang, Husain berkata, “Apakah kamu teringat Ummu
Khalid?” “Ya”, jawab Adiy. Lalu Husain memanggil Ummu Khalid dan
berkata, “Bolehkah aku menyentuhmu?” “Tidak”, jawab Ummu Khalid.
“Kalau begitu kamu aku ceraikan, dan menikahlah dengan Adiy. Ketahuilah,
sesungguhnya aku tidak mempunyai maksud apapun, semua ini aku lakukan
semata-mata karena aku kasihan padamu Adiy.” Oleh sebab itu, disebutkan
dalam sebuah sya’ir:
Wahai Ummu Khalid
Berilah aku kesenangan
Sedikit sekali orang berjalan
Mendatangi orang yang, duduk

11. BERBAKTI PADA KEDUA ORANG TUA
Suatu hari Nabi Sulaiman as. terbang di angkasa dengan mengendarai
angin. Ketika dia melewati samudera yang dalam, dia melihat ombak besar
yang menakutkan diterjang angina. Dia memerintahkan pada angin agar
berhenti, seketika angina pun berhenti. Kemudian dia memerintahkan para
syetan agar menyelam ke dasar laut untuk mengetahui apa yang ada di
dalamnya, maka satu persatu syetan-syetan itu menyelam dan mereka
menemukan sebuah kubah yang terbuat dari permata zamrud putih. Kubah
tersebut tidak berpintu. Mereka melaporkan penemuan itu pada Nabi
Sulaiman as.. Kemudian Nabi Sulaiman as. memerintahkan supaya kubah
tersebut di bawa ke atas. Maka syetan mengangkat kubah tersebut ke atas dan
meletakkannya di hadapan Nabi Sulaiman as.. nabi Sulaiman as.merasa
takjub dengan kubah tersebut, lalu dia berdoa kepada Allah, maka tiba-tiba
terbukalah kubah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang pemuda
yang sedang sujud kepada Allah Swt.. Nabi Sulaiman as. bertanya pada
pemuda tersebut, “Apakah kamu malaikat atau jin?” “Aku adalah manusia”,
jawabnya. “Dengan sebab apa kamu bisa mendapatkan keistimewaan ini”,
tanya Nabi Sulaiman as. “Dengan sebab berbakti kepada kedua orang tua”
jawabnya. “Dahulu aku mempunyai seorang ibu yang sudah tua, aku selalu
menggedongnya kemana pun ia ingin pergi, dia pun selalu mendoakan aku,
dan di antara doanya untukku adalah:
‘Ya Allah berilah anakku kebahagian, setelah aku mati tempatkanlah ia
di suatu tempat, tidak di langit dan tidak pula di bumi.’
Ketika ibuku meninggal dunia, aku mondar-mandir menyendiri di
pinggir pantai, tiba-tiba aku melihat sebuah kubah terbuat dari zamrud putih.
Ketika aku mendekatinya, terbukalah kubah tersebut, maka aku masuk ke
dalamnya, lalu kubah itu tertutup dengan kekuasaan Allah. Aku tidak tahu
apakah aku di bumi, di angkasa, ataukah dilangit, dan Allah juga memberiku
rizki di dalam kubah ini.” Nabi Sulaiman as. bertanya, “Bagaimana rizkimu
bisa sampai ke dalam kubah?” Si pemuda menjawab, “Apabila aku merasa
lapar, maka muncullah pohon dari batu lalu dari pohon tersebut keluarlah
buah-buahan. Pohon itu juga mengeluarkan air yang lebih putih daripada
susu, lebih manis daripada madu, lebih dingin daripada salju, kemudian aku
makan dan minum. Jika aku sudah kenyang dan segar, lenyaplah pohon
tersebut.” “Bagaimana kamu bisa mengetahui perbedaan siang dan malam?”
Tanya Nabi Sulaiman as.. “Apabila fajar telah terbit maka kubah ini akan
berwarna putih dan terang, apabila matahari terbenam kubah ini akan gelap,
dengan itu aku bisa mengetahui siang dan malam. Setelah bercakap-cakap
dengan pemuda tadi, Nabi Sulaiman as. berdoa kepada Allah, lalu tertutuplah
kubah tersebut. Jadilah kubah tersebut menyerupai telur burung kasuari
kemudian kembali ke dasar laut. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

12. KERAJAAN SULAIMAN
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman as. mengumpulkan tujuh puluh ribu jenis
burung. Masing-masing burung itu tidak ada yang sama warnanya. Burungburung
itu berhenti di atas Nabi Sulaiman as. laksana awan. Lalu Nabi
Sulaiman as. bertanya tentang makanan mereka, di mana mereka bertelur dan
di mana mereka menetaskan. Mereka menjawab, “Di antara kami ada yang
bertelur dan menetas di angkasa, ada yang telurnya di sayap sampai menetas,
ada yang meletakkan telurnya di paruhnya sampai menetas, dan di antara
kami ada yang tidak berketurunan dan tidak bertelur, tetapi keturunan kami
tetap ada selamanya.”
As-Sudiy mengatakan, “Permadani Nabi Sulaiman as adalah tenunan
buatan jin, terbuat dari emas dan sutra, bisa mengangkut seluruh bala
tentaranya, berupa pasukan hewan melata, pasukan kuda, pasukan unta,
pasukan manusia, jin, binatang buas, dan pasukan burung. Pimpinan tentara
Nabi Sulaiman as. ada sejuta farsakh dan masing-masing pemimpin itu
membawahi sejuta pasukan. Permadani tersebut bisa berjalan di antara langit
dan bumi, dan permadani itu selalu membawa Nabi Sulaiman as. ke mana
pun Nabi Sulaiman as. menghedaki. Bisa pelan atau cepat, tinggal melihat
keinginan Nabi Sulaiman as.. Angin yang dikendalikan oleh Nabi Sulaiman
as. walaupun bertiup kencang, tetapi tidak akan merusak pepohonan dan
tanaman. Apabila ada seseorang yang berbicara maka Nabi Sulaiman as.
mendengarnya walaupun suaranya lirih dan jauh. Singgasananya terbuat dari
emas yang dihiasi intan dan berlian. Di sisi kanan dan kirinya terdapat tiga
ribu - menurut pendapat lain enam ratus ribu - kursi untuk para ulama Bani
Israil dan para wazirnya. Pasukan tentaranya apabila berbaris, maka
panjangnya seratus farsakh (1 farsakh = 8 km atau 31/2 mil) yang terdiri dari
25 farsakh pasukan manusia, 25 farsakh pasukan jin, 25 farsakh pasukan
binatang buas, dan 25 farsakh lagi pasukan burung. Para jin senantiasa
mencari mutiara di laut untuk Nabi Sulaiman as.. Juru masak Nabi Sulaiman
as. setiap harinya selalu menyembelih seratus ribu kambing dan empat puluh
ribu sapi. Walaupun demikian, dia tidak pernah makan kecuali roti gandum
buatanya sendiri.
Pada suatu hari Nabi Sulaiman as. terbang dengan menggunakan
permadaninya mengelilingi tempat yang luas, dia melihat apa yang diberikan,
dianugrahkan, dan ditundukkan Allah Swt. untuknya, maka timbullah rasa
ujub dalam dirinya. Ketika dia merasa ujub, maka bergoyanglah
permadaninya dan dua belas ribu pasukanya mati. Lalu ia memukul
permadaninya dengan bambu kecil yang ada di tangannya dan berkata
“Luruslah, hai permadani!” “Sampai kamu sendiri lurus wahai Nabi
Sulaiman as.”, kata permadaninya menimpali. Mendengar jawaban tersebut,
Nabi Nabi Sulaiman as. sadar bahwa permadani itu bergoyang atas perintah
Allah Swt., Maka bersujudlah Nabi Sulaiman as. dan memohon ampun
kepada Allah Swt. atas apa yang terjadi pada dirinya.

13. BIJAKSANA, PEMAAF DAN BERPENGETAHUAN
Suatu hari raja Bahramjur pergi untuk berburu. Tampaklah olehnya
himar liar, lalu ia mengikutinya sampai ia meninggalkan pasukanya.
Kemudian ia menangkapnya dan segera turun dari kudanya untuk
menyembelihnya. Tiba-tiba ia melihat seorang penggembala datang dari
hutan, dan ia berkata “Wahai penggembala, tolong pegangkan kudaku ini
sampai aku selesai menyembelih himar.” Lalu si gembala memeganginya,
dan Bahramjur pun sibuk menyembelih himar. Ketika ia selesai
menyembelih dilihatnya penggembala tadi sedang berusaha mengambil
ronce-ronce berlian yang menghiasi kudanya. Raja berpura-pura tidak tahu
sampai penggembala selesai, dan ia berkata dalam hatinya bahwa melihat
cela orang lain juga adalah tercela.” Kemudian ia mengambil kudanya,
menaikinya dan kembali bergabung dengan para prajuritnya. Ketika ia telah
bersama prajuritnya, bertanyalah wazirnya, “Wahai raja, dimanakah berlian
hiasan kuda tuan?” Sambik tersenyum raja menjawab, “Diambil orang yang
tidak akan mengembalikanya, dan diketahui oleh Dzat yang tidak pernah
tidur, barangsiapa di antara kalian mendapatinya di tangan orang lain,
janganlah kalian menghukum orang tersebut disebabkan perbuatannya.”

14. ZUHUD, JUJUR, ADIL
Dikisahkan bahwa Raja Kisra adalah raja yang paling adil. Suatu hari ada
seseorang membeli rumah dari orang lain. Ternyata si pembeli menemukan
harta di dalam rumah itu, lalu ia mendatangi penjual rumah untuk
memberitahunya. Penjual berkata, “Aku menjual rumah, dan aku tak mau
tahu kalau ternyata di dalamnya ada harta terpendamnya, maka itu menjadi
milikmu.” “Aku harus mengembalikannya, karena itu bukan termasuk yang
aku beli”, jawab pembeli. Lama keduanya bersitegang, akhirnya mereka
sepakat untuk meminta keadilan pada Kisra. Ketika kedua orang tersebut
mendatangi raja Kisra dan melaporkan tentang harta tersebut, raja diam dan
menunduklah ia beberapa saat, lalu sambil mengangkat wajah ia bertanya
“Apakah kalian memiliki anak?” “Saya mempunyai seorang anak laki-laki
yang sudah dewasa”, jawab penjual. “Saya juga mempunyai seorang anak
perempuan cantik yang sudah dewasa”, sahut pembeli. Lalu raja Kisra
berkata, “Aku perintahkan kalian untuk menikahkan putra-putri kalian agar
di antara kalian ada hubungan kekeluargaan dan gunakan harta temuan
tersebut untuk kemaslahatan putra-putri kalian. Maka keduanya melaksanakan
apa yang diperintahkan raja Kisra.
Diceritakan bahwa raja Kisra memberi kekuasaan di suatu daerah pada
bawahannya. Kemudian bawahanya tadi mengirimkan upeti yang lebih Dari
biasanya, maka raja Kisra lalu mengembalikan kelebihanya dan memerintahkan
agar orang tersebut agar dipancung. Ia menyatakan, “Setiap pemimpin
yang mengambil sesuatu dari rakyatnya dengan zhalim ia tidak akan bahagia
selamanya, keberkahan akan hilang dari buminya, dan akan menjadi petaka
baginya. Kebesaran seorang pemimpin dilihat dari kebesaran negerinya,
kebesaran negeri di dukung angkatan perangnya, kebesaran angkatan perang
disebabkan dana yang kuat, dana yang kuat didapat dari kemakmuran negeri,
dan kemakmuran suatu negeri tercipta dengan cara berlaku adil pada
rakyatnya.”
Seorang bijak ditanya, “Manakah yang lebih baik pemimpin yang
pemberani, ataukah yang adil?” Dia menjawab, “Apabila seorang pemimpin
bisa berlaku adil maka ia tidak memerlukan keberanian.”

15. KEISTIMEWAAN MANDI PADA HARI JUM’AT
Suatu hari Nabi Isa as., bertemu dengan pemburu yang tengah memasang
perangkap, dan terperangkaplah seekor kijang betina. Ketika melihat Nabi
Isa as., berkatalah kijang betina itu, “Wahai utusan Allah, sesungguhnya saya
mempunyai anak yang masih kecil dan saya terperangkap di sini sejak tiga
hari yang lalu, tolong mintakan izin pada pemburu agar melepaskan saya
untuk menyusui anak saya lalu saya akan kembali.” Maka Nabi Isa as.
mengatakan hal itu pada si pemburu. Si pemburu berkata, “Kijang itu tidak
akan kembali bila aku lepas.” Nabi Isa as. menyampaikan jawaban si
pemburu pada kijang. Lalu kijang berkata, “Apabila aku tidak kembali, maka
keadaanku lebih buruk daripada orang yang memiliki air pada hari Jumat
namun ia tidak mandi.” Nabi Isa pun memegang janji yang diberikan kijang
tadi. Maka kijang pun pergi untuk menyusui anaknya, dan sebentar kemudian
kembali lagi pada si pemburu karena takut mengingkari janji. Kemudian
Nabi Isa as. melanjutkan perjalanan, dan menemukan sebongkah batu yang
terbuat dari emas yang berwarna merah, Allah memerintahkan Nabi Isa a.s
agar memberikan emas tersebut pada pemburu sebagai tebusan supaya kijang
buruan dilepaskan. Maka Nabi Isa as. pergi menemui si pemburu, dan
sebelum Nabi Isa as. sampai pada si pemburu, ternyata si pemburu telah
menyembelih kijang tersebut. Nabi Isa as. mendoakan pemburu tersebut
“Mudah-mudahan Allah menghilangkan keberkahan dari pekerjaan orang
tersebut.” Dan memang demikianlah kenyataanya.

16. KEUTAMAAN SEDEKAH PADA HARI JUM’AT DAN
SEDEKAH UNTUK ORANG YANG TELAH MATI
Di negeri Samarkand ada seorang laki-laki yang sakit, lalu ia bernadzar,
“Apabila Allah menyembuhkan sakitnya, maka ia akan menyedekahkan
semua hasil pekerjaanya pada hari Jum’at yang pahalanya diperuntukkan
bagi kedua orang tuanya yang telah meninggal.” Ternyata kemudian ia
sembuh dan hidup beberapa waktu lamanya, dan ia pun ingin melaksanakan
nadzarnya. Maka suatu hari ia berkeliling dari pagi sampai sore, namun ia
tidak menndapatkan sesuatu untuk disedekahkan. Akhirnya ia meminta
nasehat pada seorang ulama. Ulama tadi berkata, “Keluarlah dan carilah kulit
semangka! Bersihkanlah kulit semangka tersebut, lalu berjalanlah di jalanan
desa, buanglah kulit semangka tersebut di tempat makanan unta, dan niatkan
pahalanya untuk orang tuamu, niscaya kamu akan terbebas dari nadzarmu.”
Laki-laki tersebut lalu melaksanakan apa yang dinasehatkan ulama tadi, dan
pada malamnya ia bermimpi melihat kedua orang tuanya merangkulnya dan
berkata, “Anakku, kamu telah melakukan untuk kami segala sesuatu dari
nilai kebaikan, sampai-sampai kamu memberi kami semangka padahal kami
memang menginginkannya, mudah mudahan Allah meridhaimu.
Suatu malam raja Khurasan bermimpi melihat kedua orang tuanya, dan
mereka berkata, “Wahai sang raja!” Mendengar seruan itu, anaknya berkata,
“Jangan katakan sang raja, karena kekuasaan akan hilang, katakana saja,
‘Wahai orang yang tertawan’.” Lalu orang tuanya berkata “Wahai anakku,
apabila kamu makan daging, maka berilah kami juga dengan cara
memberikan sebagian daging tersebut pada kucing atau anjing, lalu
kirimkanlah pahalanya untuk kami, karena kami sangat menginginkannya.”
Oleh sebab itu, maka dikatakan bahwa arwah orang-orang yang telah
meninggal dunia berkumpul setiap malam Jum’at di tempat mereka, sambil
mengharapkan doa dan pahala sedekah yang diperuntukan bagi mereka dari
sanak kerabatnya yang masih hidup.

17. MENJERNIHKAN MATA HATI DAN TAWAKKAL
KEPADA ALLAH SWT.
Diceritakan pada zaman Malik bin Dinar, ada dua orang bersaudara
yang beragama Majusi dan menyembah api. Suatu ketika berkatalah sang
adik pada kakaknya, “Wahai kakakku, kamu telah menyembah api ini selama
tujuh puluh tahun dan aku telah menyembahnya selama tiga puluh lima
tahun. Sekarang kemarilah! Kita akan lihat apakah api ini membakar kita
seperti halnya membakar terhadap orang lain yang tidak menyembahnya?
Apabila api ini tidak membakar kita, maka kita akan terus menyembahnya
dan bila masih membakar kita, maka kita tidak akan lagi menyembahnya.”
Maka mereka menyalakan api, lalu berkatalah sang adik pada kakaknya,
“Kamu lebih dulu atau aku yang menyentuh api?” “Kamu duluan”, kata
kakaknya. Lalu sang adik memasukan tanganya ke dalam api dan terbakarlah
tanganya, dan seketika menariknya dari kobaran api, sambil berkata, “Aduh!
Hai api aku telah menyembahmu selama bertahun-tahun dan kamu masih
juga menyakitiku.”
Lalu ia berkata pada kakaknya, “Saudaraku, marilah kita menyembah
Tuhan yang walaupun kita telah melakukan dosa dan telah meninggalkannya
selama lima ratus tahun, namun Dia akan mengampuni kita dengan ibadah
sesaat dan istighfar sekali saja.” Kakaknya pun setuju. Adiknya berkata lagi,
“Kita harus pergi mencari orang yang bisa menunjukan kita pada jalan yang
lurus.” Maka keduanya sepakat untuk menemui Malik bin Dinar. Lalu
keduanya pergi menemui Malik bin Dinar, dan keduanya mendapati Malik
bin Dinar di suatu perkumpulan di kota Bashrah sedang memberi pengajian.
Ketika keduanya melihat Malik bin Dinar, berkatalah sang kakak, “Aku tidak
akan masuk Islam, telah lama aku menyembah api, apabila aku masuk Islam,
maka keluargaku akan mencela dan menghinaku. Api lebih aku sukai
daripada aku dicela dan dihina oleh keluargaku.” Sang adik menjawab,
“Jangan kamu lakukan itu! Karena celaan akan hilang dalam beberapa saat,
dan sesungguhnya neraka itu selamanya.” Kakaknya sudah tidak mau
mendengar lagi. “Terserah apa maumu, wahai orang yang celaka”, lanjut
sang adik. Lalu sang adik pun mendatangi Malik bin Dinar bersama anak dan
istrinya, dan segera duduk di samping Malik bin Dinar sampai dia
menyelesaikan pengajianya. Usai pengajian, berdirilah orang majusi tadi
sambil menceritakan kisahnya serta memohon pada Malik bin Dinar agar
mau menjelaskan tentang Islam padanya, istrinya dan anaknya. Malik bin
Dinar pun menerangkan tentang Islam padanya dan kelurganya. Setelah itu
mereka bermaksud pulang. Tiab-tiba Malik bin Dinar berkata, “Tunggulah
sebentar! Aku akan mengumpulkan sesuatu untuk kalian dari sahabat
sahabatku.” “Aku tidak menginginkan apapun”, jawab si. Majusi dan segera
pergi. Kemudian masuk ke sebuah rumah kosong, dan mereka tinggal di
rumah tersebut. Ketika pagi hari menjelang, berkatalah istrinya, “Pergilah ke
pasar, cari pekerjaan, lalu dengan upah yang kau dapatkan, belilah sesuatu
untuk kita makan!” Berangkatlah suaminya ke pasar untuk mencari
pekerjaan, tetapi tak seorang pun yang mempekerjakanya. Berkatalah ia
dalam hatinya, “Hari ini bekerja untuk Allah.” Kemudian ia pergi ke suatu
tempat, lalu shalat di tempat itu sampai maghrib. Setelah itu ia pun pulang ke
rumah dengan tangan hampa. Istrinya bertanya, “Apakah kamu tidak
membawa sesuatu?” Ia menjawab, “Hari ini aku sudah bekerja pada sang
majikan, namun dia belum memberiku upah. Besok aku akan memberikanya
padamu.” Maka semalaman ia dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar.
Pagi harinya ia berangkat lagi ke pasar, namun kali ini pun tidak
mendapatkan pekerjaan, lalu ia melakukan hal yang sama seperti kemarin.
Kemudian pulang dengan tangan hampa. Ia berkata pada istrinya,
“Majikanku berjanji akan memberikan upahnya besok hari Jum’at.” Maka
pada hari Jum’at pagi ia berangkat lagi ke pasar, sedang ia pun tidak
mendapat pekerjaan seperti kemarin. Ketika siang hari menjelang ia
mengerjakan shalat dua rakaat lalu mengangkat tangannya ke arah langit
sambil berdoa, “Tuhan! Tuhan telah memulyakan saya dengan masuk Islam
dan memakaikan untukku mahkota hidayah. Demi kemulyaan Islam dan demi
kemuliaan hari Jum’at yang diberkahi, hilangkanlah beban dari hatiku
karena mencari nafkah untuk keluargaku! Aku malu dan khawatir apabila
perangai mereka berubah karena baru saja masuk Islam.” Ketika waktu
Zhuhur menjelang, berangkatlah ia ke masjid jami untuk melaksanakan
shalat Jum’at, sementara keluarganya merasakan lapar yang amat sangat.
Saat itu datanglah seseorang ke rumahnya dan mengetuk pintu rumahnya,
istrinya keluar membukakan pintu, lalu di dapatinya seorang pemuda tampan.
Pemuda tersebut membawa sebuah nampan yang terbuat dari emas dan talam
tersebut di tutupi dengan sapu tangan yang terbuat dari emas juga, pemuda
tersebut berkata, “Ambillah ini! Dan katakanlah pada suamimu, ‘Ini adalah
ongkos pekerjaanmu selama dua hari bila ia semakin giat bekerja, maka kami
akan menambahnya’.” Maka si istri mengambil nampan tersebut, ternyata di
dalamnya ada seribu dinar uang kepingan. Perempuan tersebut mengambil
satu keeping untuk dibawa pada penukaran uang. Penukar mata uang tersebut
adalah orang Nasrani, lalu ia menimbang dinar tersebut, satu dinar tersebut
melebihi dua mitsqal, lalu penjual mata uang itu melihat gambar uang dinar
itu, mengetahui bahwa dinar tersebut merupakan hadiah dari akhirat.
Bertanyalah ia pada perempuan itu, “Dari mana asalmu dan dari mana kamu
dapatkan uang ini?” Si istir pun lalu menceritkan kisah yang ia alami
bersama suaminya. Lalu penjual mata uang tadi berkata, “Terangkan tentang
agama Islam padaku, aku juga akan masuk Islam!” Lalu ia memberikan pada
perempuan tersebut seribu dirham dan berkata, “Belanjakanlah uang ini
apabila sudah habis, datanglah kemari lagi!” Perempuan tersebut lalu
mengambil uangnya dan membeli makanan yang enak-enak.
Adapun suaminya, ketika telah selesai shalat Maghrib dan hendak pulang
ke rumah dengan tangan hampa, maka ia shalat dua dua rakaat setelah itu ia
mengisi kantungnya dengan debu dan berkata di dalam hatinya, “Apabila
istriku nanti bertanya, maka aku akan menjawab, ‘ini adalah tepung’.” Maka
ia pulang kerumahnya. Ketika telah sampai di rumah, ia mendapati rumahnya
sudah diberi alas permadani dan makanan yang tersaji, ia -meletakkan
kantungnya di dekat pintu supaya istrinya tidak tahu, ia pun bertanya pada
istrinya tentang keadaan yang ia lihat. Si istri lalu menceritakan kedatangan
pemuda tampan tersebut, maka bersujudlah ia karena syukur pada Allah. Si
istri pun bertanya tentang apa yang dibawa suaminya, namun ia hanya
menjawab, “Jangan kamu tanyakan itu.” Kemudian ia mengambil kantung
tersebut untuk membuang isinya, ketika ia membuka kantung tersebut
ternyata debu tersebut telah berubah menjadi tepung, maka sujudlah lagi ia
karena bersyukur pada Allah atas anugerahnya, dan ia pun selalu beribadah
kepada Allah sampai akhir hayatnya.

18. BERNIAGA DENGAN ALLAH
Dikisahkan bahwa di rumah Ali bin Abi Thalib ada lima orang, mereka
adalah Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan Harits. Mereka sudah tiga hari
tidak makan. Fathimah memiliki sebuah kain, lalu diberikanlah kain tersebut
pada Ali untuk dijual, Ali pun menjual kain tersebut, dan laku dengan harga
enam dirham. Ketika hendak pulang, bertemulah ia dengan orang fakir yang
meminta sedekah, maka diberikannya uang enam dirham tersebut. Lalu ia
bertemu dengan malaikat Jibril dalam rupa manusia, ia membawa seekor
unta dan Jibril berkata, “Ya Abal Hasan! Maukah kau membeli untaku?”
“Aku tidak punya uang”, jawab Ali. “Bayar belakangan tidak apa apa”, sahut
Jibril lagi. Lalu Ali bertanya “Berapa haeganya?” “Seratus dirham”, sahut
Jibril. Maka Ali pun membeli unta tersebut lalu membawanya pergi, ketika
dalam perjalanan ia bertemu dengan Mikail dalam rupa orang Arab
pedalaman. Mikail bertanya, “Apakah kamu mau menjual untamu, hai Abu
Hasan?” “Ya, aku mau menjualnya”, jawab Ali. “Berapa dulu kamu
membelinya?” tanya Mikail. “Seratus dirham”, sahut Ali. “Baiklah, aku
memberimu laba enam puluh dirham, jadi aku beli untamu seratus enam
puluh dirham”, sambung Mikail. Ali pun setuju dan menjual unta tersebut
dengan harga seratus enam puluh dirham, lalu Ali pulang. Ketika dalam
perjalanan pulang, ia bertemu dengan penjual unta yang pertama yaitu Jibril.
Ia menanyakan, “Apakah kamu sudah menjual untanya, hai Abul Hasan?”
“ya, sudah”, jawab Ali. “Kalau begitu berikan hakku, bayarlah hutangmu!”
Maka Ali pun memberikanya seratus dirham dan Ali masih memiliki sisa
enam puluh dirham sebagai labanya. Lalu Ali pulang membawa enam puluh
dirham tersebut dan memberikanya pada Fathimah. Bertanyalah Fatimah
“Dari mana engkau?” “Aku berniaga dengan Allah dengan modal enam
dirham, lalu Allah memberiku enam puluh dirham, berarti tiap satu dirham
menjadi sepuluh dirham,” jawab Ali. Kemudian Ali menjumpai Nabi saw.
dan menceritakan kisahnya. Maka Nabi saw. berkata pada Ali, “Wahai Ali,
ketahuilah! Penjual yang menjual untanya padamu adalah Jibril, yang
membeli adalah Mikail, dan untanya adalah kendaraan Fathimah di dalam
surga. Wahai Ali kamu telah diberi tiga keistimewaan yang tidak dimiliki
orang lain; kamu memiliki istri yang akan menjadi pimpinan kaum wanita di
surga, kamu memiliki dua putra yang akan menjadi pemimpin para pemuda
di surga, dan kamu memiliki mertua yang menjadi pemimpin para Rasul.
Maka bersyukurlah kepada Allah atas semua yang telah dianugrahkan-Nya
padamu,”

19. BUAH SEDEKAH KEMBALI KEPADA YANG MATI
Suatu hari Abu Qilabah bermimpi, dalam mimpinya ia melihat semua
kuburan terbuka, lalu penghuninya keluar semua. Di antara mereka ada yang duduk di pinggir kuburnya, masing-masing dari mereka membawa sebuah
nampan yang terbuat dari cahaya. Lalu Abu Qilabah melihat seorang lelaki di
antara para penghuni kubur itu yang tidak membawa nampan. Bertanyalah
Abu Qilabah pada lelaki itu, “Apa yang terjadi padamu, aku lihat kamu tidak
membawa nampan cahaya seperti lainya?” Lelaki itu menjawab, “Mereka
semua memiliki anak, keluarga yang mendoakan dan bersedekah atas nama
mereka, nampan yang bercahaya itu adalah pahala dari doa dan sedekah yang
mereka kirimkan. Sementara aku sebenarnya memiliki seorang anak akan
tetapi ia tidak pernah berdoa dan bersedekah untukku, maka aku tidak punya
cahaya dan malu pada teman-temanku.” Ketika Abu Qilabah terbangun
segera ia menemui anak penghuni kubur tersebut dan menceritakan apa yang
terjadi terhadap orang tuanya. Setelah Abu Qilabah menyelesaikan cerita dan
nasihatnya, berkatalah anak penghuni kubur, “Terima kasih Syaikh atas
nasehatmu, mulai saat ini aku akan bertaubat, tidak akan mengulangi
perbuatanku dahulu. Sejak peristiwa itu, pemuda tersebut selalu berdoa dan
bersedekah untuk orang tuanya. Setelah beberapa lama, Abu Qilabah
bermimpi lagi seperti mimpinya yang lalu. Akan tetapi kali ini ia melihat
lelaki yang dulu tidak memiliki nampan dari cahaya, sekarang telah
membawa nampan cahaya, bahkan cahayanya melebihi yang lainnya.
Berkata lelaki tersebut, “Wahai Abu Qilabah! Mudah-mudahan Allah
membalas kebaikanmu, berkat nasehatmu, anakku selamat dari neraka, dan
aku tidak malu lagi terhadap tetanggaku di alam kubur ini karena doa dan
sedekah anakku.”

20. QANA’AH (APA ADANYA)
Uwais al-Yamaniy bercerita, “Dahulu ada seseorang yang mengalami
sakit keras, dia memiliki empat orang anak. Salah seorang diantara mereka
berkata, “Apakah kalian sanggup menanggung sang ayah (merawatnya
selama sakit) dan kalian tidak mendapatkan warisan sedikitpun? atau aku
yang menanggungnya dan aku tidak .mendapat warisan?” Ketiga saudaranya
tersebut tidak ada yang mau, maka ia sendiri yang merawat dan menanggung
ayahnya sampai meninggal dunia. Maka ia pun tidak mengambil bagiannya
dari harta warisan. Ketika dia tidur, ia bermimpi ada seorang berkata
padanya, “Datanglah ke tempat anu dan ambillah di sana uang seratus
dirham, tetapi tidak ada keberkahan di dalamnya!” Pagi harinya ia
menceritakan mimpi itu pada istrinya, maka si istri menyuruhnya untuk
mengambil uang tersebut, tetapi suaminya tidak mau. Malam berikutnya ia
bermimpi lagi seperti sebelumnya, dalam mimpi ia di beritahu “Pergilah ke
tempat anu dan ambillah di sana uang sepuluh dinar, tetapi tidak ada
keberkahan di dalamnya!” Paginya ia pun bermusyawarah dengan istrinya
tentang mimpinya itu, istrinya menyuruhnya agar mengambil uang tersebut,
tetapi kali ini pun suaminya tidak mau. Pada malam yang ketiga ia pun
bermimpi lagi seperti sebelumnya dalam mimpi ia di beritahu, “Pergilah ke
tempat anu dan ambillah di sana uang satu dinar dan terdapat keberkahan
didalamnya!” Keesokan harinya ia pergi ke tempat tersebut dan mengambil
uang satu dirham. Ketika hendak pulang, ia bertemu dengan penjual ikan
yang membawa dua ekor ikan. Ia bertanya pada penjual ikan tersebut,
“Dengan harga berapa kamu jual ikan itu??” “Satu dinar”, jawab penjual
ikan. Maka ia pun membeli kedua ikan tersebut, lalu membawanya pulang ke
rumahnya. Ketika sampai di rumah, ia membelah ikan itu, ternyata di dalam
perut ikan tersebut terdapat mutiara yang sangat mahal. Kemudian ia
membawa salah satu ikan yang berisi mutiara tersebut kepada raja. Ketika ia
memberikan ikan tersebut, sang raja membayarnya dengan harga yang sangat
tinggi. Sang raja berkata, “Mutiara ini kurang begitu indah jika tanpa
pasangannya, karena itu bawalah kemari mutiara yang satunya lagi, pasti aku
akan membayarnya dengan harga yang sama!” Maka orang itu pun
mengambilnya lalu diberikan pada raja, dan sebagai imbalanya sang raja
membayarnya sesuai harga yang dijanjikannya, maka bertambah banyaklah
harta orang itu. Itulah keberkahan yang diperolehnya, karena ia telah
merawat sang ayah dengan rela hati (tanpa pamrih).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar